Teks -- Yosua 9:15-27 (TB)
Nama Orang, Nama Tempat, Topik/Tema Kamus
kecilkan semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per frasa)
Jerusalem: Yos 9:3-27 - -- Kisah ini ternyata sebuah saduran yang dikerjakan sesuai dengan pikiran tradisi Ulangan. Tetapi beberapa tradisi tua dimanfaatkan. Tradisi-tradisi itu...
Kisah ini ternyata sebuah saduran yang dikerjakan sesuai dengan pikiran tradisi Ulangan. Tetapi beberapa tradisi tua dimanfaatkan. Tradisi-tradisi itu tidak lagi dapat dipisahkan dari saduran, namun pasti berasal dari suku Benyamin.- Orang Gibeon tidak hanya mendiami kota Gibeon (el-Jib, di sebelah timur laut Yerusalem), tetapi juga tiga kota lain yang berdekatan yang namanya disebut dalam Yos 8:17. Orang Gibeon yang tidak berbangsa Kanaan tinggal di tengah-tengah bangsa Kanaan, bdk Yos 7:11; 19. Ini menjelaskan mengapa mereka berusaha menggabungkan diri dengan suku-suku Israel. Dan memang sejak dahulu kala ada persekutuan antara orang Gibeon dan orang Israel, hal mana dibuktikan tindakan Daud yang memberi silih kepada penduduk Gibeon, 2Sa 21. tetapi caranya hal itu diceritakan dalam kitab Yosua memperlihatkan pikiran teologis tertentu: Persekutuan semacam itu dianggap bertentangan dengan hukum perang suci, Yos 6:17+. Hanya hukum itu tidak berlaku untuk bangsa-bangsa di luar negeri Kanaan. Ini menjelaskan ceritera lucu mengenai orang Gibeon yang menipu orang Israel. Sumpah yang diangkat tidak dapat dibatalkan lagi.
Jerusalem: Yos 9:15 - umat Kata Ibrani yang dipakai, edah, merupakan sebuah istilah yang menunjukkan umat Israel yang sedang berkumpul untuk beribadat atau mengambil tindakan un...
Jerusalem: Yos 9:23 - untuk rumah Allahku Orang Gibeon menjadi pelayan sebuah tempat kudus, barangkali tempat pengorbanan di Gibeon, 1Ra 3:4. Mereka tidak sama dengan budak-budak bait Allah ya...
Orang Gibeon menjadi pelayan sebuah tempat kudus, barangkali tempat pengorbanan di Gibeon, 1Ra 3:4. Mereka tidak sama dengan budak-budak bait Allah yang disebut dalam Ezr 2:43 dan Ezr 2:55. Menurut Ezra budak-budak itu diperbantukan oleh Daud. Orang Gibeon dijadikan kalangan rendahan, bdk Ula 29:11, sesuai dengan permintaan mereka sendiri, Yos 10:11. Tindakan itu aslinya bukan sebuah hukuman.
Jerusalem: Yos 9:26 - mereka tidak dibunuh Perjanjian itu dilanggar oleh raja Saul dan dipulihkan di masa pemerintahan Daud, 2Sa 21:1-14.
Perjanjian itu dilanggar oleh raja Saul dan dipulihkan di masa pemerintahan Daud, 2Sa 21:1-14.
Ende: Yos 9:19 - -- Menurut anggapan dulu sumpah sebangsa inipun mengikat, sehingga pelanggarannja
mendatangkan hukuman Allah.
Menurut anggapan dulu sumpah sebangsa inipun mengikat, sehingga pelanggarannja mendatangkan hukuman Allah.
Ende: Yos 9:23 - -- Apakah "rumah Allahku" itu sebuah kuil Jahwe di Gibe'on (tempat sutji betul)
atau Bait Allah di Jerusjalem jang kemudian akan dibangun oleh Sulaiman, ...
Apakah "rumah Allahku" itu sebuah kuil Jahwe di Gibe'on (tempat sutji betul) atau Bait Allah di Jerusjalem jang kemudian akan dibangun oleh Sulaiman, kurang terang. Tetapi djelas sekali, bahwa seseorang jang hidup kemudian menjadur berita itu sesuai dengan keadaan pada djamannja sendiri (Lih. aj.27)(Yos 9:27).
Endetn -> Yos 9:16
diperbaiki. Tertulis: "dia".
Ref. Silang FULL: Yos 9:15 - mengikat perjanjian // mereka hidup · mengikat perjanjian: Yos 9:3,7; Yos 9:3; Yos 9:7; Yos 10:1,4; 11:19; 2Sam 21:2; 24:1
· mereka hidup: Yos 9:21; Hak 1:21; Mazm 106:34
· mengikat perjanjian: Yos 9:3,7; [Lihat FULL. Yos 9:3]; [Lihat FULL. Yos 9:7]; Yos 10:1,4; 11:19; 2Sam 21:2; 24:1
· mereka hidup: Yos 9:21; Hak 1:21; Mazm 106:34
Ref. Silang FULL: Yos 9:17 - Kefira, Beerot // dan Kiryat-Yearim · Kefira, Beerot: Yos 18:25; 2Sam 4:2; 23:37
· dan Kiryat-Yearim: Yos 15:9,60; 18:14,15; Hak 18:12; 1Sam 6:21; 7:2; Mazm 132:6; Yer 26:2...
· Kefira, Beerot: Yos 18:25; 2Sam 4:2; 23:37
· dan Kiryat-Yearim: Yos 15:9,60; 18:14,15; Hak 18:12; 1Sam 6:21; 7:2; Mazm 132:6; Yer 26:20
Ref. Silang FULL: Yos 9:18 - telah bersumpah // Lalu bersungut-sungutlah · telah bersumpah: Yos 9:15; Hak 21:1,7,18; 1Sam 20:17; Mazm 16:4
· Lalu bersungut-sungutlah: Kel 15:24; Kel 15:24
· telah bersumpah: Yos 9:15; Hak 21:1,7,18; 1Sam 20:17; Mazm 16:4
· Lalu bersungut-sungutlah: Kel 15:24; [Lihat FULL. Kel 15:24]
Ref. Silang FULL: Yos 9:21 - mereka hidup // timba air · mereka hidup: Yos 9:15; Yos 9:15
· timba air: Ul 29:11; Ul 29:11
Ref. Silang FULL: Yos 9:22 - sangat jauh // di tengah-tengah · sangat jauh: Yos 9:6
· di tengah-tengah: Yos 9:16
· dengan sungguh-sungguh: Yos 9:9
Ref. Silang FULL: Yos 9:25 - dalam tanganmu // dan benar · dalam tanganmu: Kej 16:6
· dan benar: Yer 26:14
Ref. Silang FULL: Yos 9:27 - menjadikan mereka // timba air // akan dipilih-Nya · menjadikan mereka: Kel 1:11; Kel 1:11
· timba air: Ul 29:11; Ul 29:11
· akan dipilih-Nya: Ul 12:5
buka semuaTafsiran/Catatan -- Catatan Rentang Ayat
Matthew Henry -> Yos 9:15-21; Yos 9:22-27
Matthew Henry: Yos 9:15-21 - Perjanjian dengan Orang Gibeon Perjanjian dengan Orang Gibeon (9:15-21)
Inilah,
I. Perjanjian yang segera diikat dengan orang Gibeon (ay. 15). Perjanjian itu tidak diikat ...
Perjanjian dengan Orang Gibeon (9:15-21)
- Inilah,
- I. Perjanjian yang segera diikat dengan orang Gibeon (ay. 15). Perjanjian itu tidak diikat dengan cara yang terlampau resmi, hanya secara singkat,
- 1. Orang Israel setuju untuk membiarkan mereka hidup, dan orang Gibeon tidak meminta lebih daripada ini. Dalam peperangan biasa, hal ini mungkin hanyalah satu perkara kecil yang dikabulkan, tetapi dalam peperangan Kanaan, dengan penghancuran massal yang akan didatangkan bangsa Israel, seorang Kanaan mendapat perkenanan luar biasa apabila kepadanya diberikan nyawanya sebagai jarahan (Yer. 45:5).
- 2. Perjanjian ini tidak hanya diadakan oleh Yosua seorang diri melainkan juga oleh para pemimpin umat bersamanya. Meskipun Yosua memiliki panggilan luar biasa di dalam hal pemerintahan, serta lebih dari cukup untuk mengemban tugas itu, namun ia tidak akan bertindak dalam perkara seperti ini tanpa meminta nasihat dan persetujuan para pemimpin umat, yang tidak dibiarkan buta akan apa yang terjadi dan yang tidak diremehkan pertimbangannya, tetapi yang diperlakukan Yosua sebagai orang yang turut berbagi dalam pemerintahan.
- 3. Perjanjian itu disahkan oleh satu sumpah. Para pemimpin umat Israel bersumpah kepada orang Gibeon, tidak demi dewa-dewa Kanaan, tetapi hanya demi Allah Israel (ay. 19). Orang yang berniat jujur tidak ragu-ragu memberikan jaminan kepastian, melainkan akan memuaskan pihak yang mengikat perjanjian dengan mereka serta memuliakan Allah dengan memanggil nama-Nya menjadi saksi atas niat mereka yang tulus itu.
- 4. Tampaknya tidak ada yang salah di dalam semuanya ini kecuali bahwa perjanjian itu diadakan dengan tergesa-gesa. Orang Israel mengambil bekal orang Gibeon, dan dengan itu meyakinkan diri mereka sendiri bahwa betul perbekalan orang Gibeon itu memang sudah usang dan kering, tetapi mereka tidak memikirkan bahwa hal itu tidak dapat dijadikan bukti bahwa perbekalan itu dibawa dalam keadaan segar dari tempat asal orang Gibeon. Dengan demikian, hanya dengan mengandalkan indra dan bukan akal sehat, orang Israel menerima orang Gibeon menurut tafsir ayat itu karena perbekalan mereka, mungkin, setelah melihat dan mengecap roti yang mereka bawa, dengan tidak hanya menangkap kenyataan bahwa roti itu kini sudah basi, tetapi bahwa sebelumnya roti itu pasti bermutu tinggi dan sangat enak rasanya. Dari sini, orang Israel menyimpulkan bahwa orang-orang Gibeon itu merupakan bangsa yang beradab, sehingga persahabatan dengan negeri mereka tidak dapat dipandang rendah. Akan tetapi, mereka tidak meminta keputusan Tuhan. Mereka mempunyai Urim dan Tumim di tengah-tengah mereka, yang dapat mereka mintai petunjuk di tengah perkara yang pelik ini, yang tidak akan membohongi mereka dan yang akan mengarahkan mereka untuk tidak berbuat kesalahan. Akan tetapi, mereka terlampau mengandalkan pertimbangan mereka sendiri sehingga merasa tidak perlu membawa perkara itu kepada Allah. Yosua sendiri dalam perkara ini tidak terbebas dari kesalahan. Catat, dalam segala perkara, kita lebih banyak berbuat kesalahan daripada kebaikan karena ketergesa-gesaan kita apabila kita tidak tinggal dan menyertakan Allah bersama kita serta di dalam firman dan doa untuk meminta petunjuk-Nya. Kerap kali kita menyesali kesalahan ini dan itu terjadi karena kita tidak meminta keputusan Tuhan. Apabila kita mengakui-Nya dalam segala jalan kita, kita akan mendapati bahwa jalan kita menjadi lebih aman, mudah, dan membawa keberhasilan.
- II. Penipuan, yang menjadi dasar ikatan perjanjian itu, dengan segera terbongkar. Lidah dusta hanya untuk sekejap mata, dan kebenaran akan muncul juga pada akhirnya. Dalam tiga hari, orang Israel dengan sangat terkejut mengetahui bahwa kota-kota tempat asal para utusan yang telah mengikat perjanjian dengan mereka itu ternyata sangat dekat dengan mereka, yakni hanya berjarak satu malam berjalan kaki dari perkemahan di Gilgal (10:9). Mungkin para pengintai atau penjelajah yang diutus keluar untuk lebih mengenali negeri Kanaan itu, atau beberapa pembelot dari pihak seteru yang datang kepada mereka, memberitahukan kepada mereka kebenaran perkara ini. Orang-orang yang bersedia ada di bawah tipu muslihat Iblis akan segera disadarkan akan kebenaran sehingga mereka menjadi kebingungan, dan akan menemukan bahwa tipu muslihat yang mereka duga sangat jauh letaknya ternyata sangat dekat, bahkan berdiri di mulut pintu.
- III. Rasa muak jemaah Israel ketika mengetahui kebenaran tersebut. Benar bahwa mereka mematuhi rambu-rambu yang ditetapkan perjanjian tersebut kepada mereka dan tidak menghancurkan kota-kota orang Gibeon, pula mereka tidak membinasakan orang-orangnya serta tidak merampas jarahan mereka. Akan tetapi, hati mereka jengkel karena tangan mereka terikat oleh perjanjian itu, sehingga mereka bersungut-sungut kepada para pemimpin (ay. 18). Gerutu mereka itu rupanya lebih disebabkan oleh rasa dengki akan keuntungan yang seharusnya bisa mereka peroleh, daripada kegigihan untuk memenuhi perintah Allah, meski beberapa dari mereka mungkin sungguh menghormati perintah Allah. Banyak dari orang Israel lekas menyalahkan dan mengecam tindakan para pemimpin umat, sementara mereka mengabaikan apa yang melatarbelakangi tindakan para pemimpin umat itu. Tidak sepantasnya mereka menjadi hakim atas alasan yang dimiliki pemerintah yang memerintah di atas mereka. Oleh sebab itu, dengan merasa puas hati bahwa orang-orang yang memerintah di atas kita tidak memiliki tujuan lain selain demi kebaikan masyarakat, dan dengan tulus berjuang demi kesejahteraan bangsanya, kita harus mengusahakan apa yang telah mereka perbuat bagi kita dengan sebaik mungkin dan tidak memaksakan diri kita atas perkara-perkara di atas kita.
- IV. Upaya cerdik para pemimpin umat untuk meredam amarah jemaah Israel dan untuk menyelesaikan perkara tersebut. Dalam hal ini, seluruh pemimpin umat sependapat dan bersatu hati, sehingga jemaah Israel mau tidak mau harus setuju.
- 1. Mereka bertekad mengampuni nyawa orang Gibeon, karena mereka telah bersumpah untuk membiarkan mereka tetap hidup (ay. 15).
- (1) Sumpah itu berada di bawah hukum, karena jika tidak demikian, tentu sumpah itu tidak lebih mengikat bangsa Israel daripada sumpah Herodes yang mengikatnya untuk memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Benar bahwa Allah telah menetapkan mereka untuk menghancurkan semua orang Kanaan, tetapi hukum ini harus ditafsirkan in favorem vitæ – dengan pertimbangan yang berdasarkan kasih, sehingga ia hanya berlaku bagi mereka yang tetap bersikukuh serta tidak mau menyerahkan negeri mereka kepada Israel. Hukum itu juga tidak mengikat bangsa Israel hingga sampai melenyapkan rasa hormat dan kemanusiaan mereka, dengan membantai orang-orang yang tidak pernah maupun yang tidak akan pernah bangkit melawan mereka. Sebelum seteru mereka dihancurkan atau segala upaya penyerangan dilakukan, seteru mereka itu harus diberi kesempatan untuk menyerahkan diri. Raja-raja kaum Israel adalah raja-raja pemurah (1Raj. 20:31) yang mustahil melakukan hal sekeji itu, dan Allah Israel adalah Allah yang lebih pemurah yang mustahil memerintahkan hal sekeji itu. Satis est prostrasse leoni – cukuplah untuk menundukkan seekor singa hingga tengkurap. Lagipula, alasan diadakannya hukum adalah hukum itu sendiri. Kejahatan yang hendak dicegah oleh hukum itu adalah pencemaran orang Israel oleh penyembahan berhala yang dilakukan orang Kanaan (Ul. 7:4). Akan tetapi, apabila orang Gibeon meninggalkan penyembahan berhala mereka dan menjadi sahabat serta pelayan bagi rumah Allah, maka bahaya itu bisa dicegah. Dengan begitu, alasan diadakannya hukum pun berhenti, dan seturut dengan itu, kewajiban untuk menjalankannya pun berhenti, khususnya dalam perkara seperti ini. Pertobatan para pendosa akan mencegah kehancuran mereka.
- (2) Karena sumpah itu berada di bawah hukum, baik para pemimpin umat maupun orang yang mengikat perjanjian dengan mereka sama-sama terikat olehnya, yakni terikat dalam hati nurani dan terikat dalam kehormatan terhadap Allah Israel, yang demi nama-Nya mereka telah bersumpah, dan yang nama-Nya akan dicemarkan orang Kanaan apabila mereka melanggar sumpah ini. Para pemimpin umat ini berbicara seperti orang-orang yang takut untuk bersumpah (Pkh. 9:2), ketika mereka mengutarakan alasan berikut: Beginilah akan kita perlakukan mereka: membiarkan mereka hidup, supaya kita jangan tertimpa murka karena sumpah yang telah kita ikrarkan itu (ay. 20). Orang yang mengesahkan janjinya dengan suatu sumpah, melaknatkan pembalasan ilahi kepada dirinya sendiri apabila ia dengan sengaja melanggar janjinya, dan pastilah keadilan ilahi akan meminta pertanggungjawabannya. Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan, sehingga sumpah tidak bisa dianggap main-main. Para pemimpin umat Israel memegang janji mereka,
- [1] Meski dirugikan olehnya. Penduduk Sion berpegang pada sumpah walaupun rugi (Mzm. 15:4). Ketika Yosua dan para pemimpin umat mengetahui bahwa perjanjian yang mereka ikat itu mendatangkan kerugian, mereka tidak memohon perkecualian dari Eleazar, apalagi berpura-pura dengan mengingkari sumpah dengan kaum bidat, yaitu dengan orang-orang Kanaan.
- [2] Meskipun jemaah Israel tidak menyukai hal itu, dan gerutu mereka bisa berujung kepada pemberontakan, para pemimpin umat bersikukuh untuk tidak melanggar perjanjian dengan orang Gibeon. Kita tidak boleh terlalu terpana, entah itu oleh kemegahan atau kumpulan orang banyak, sehingga mau melakukan perbuatan dosa dan melawan hati nurani kita.
- [3] Meskipun ditarik masuk ke dalam perjanjian ini melalui tipu muslihat, dan karenanya mempunyai dasar yang sangat beralasan untuk menyatakannya tidak sah dan batal, para pemimpin umat itu tetap mematuhinya. Mereka bisa saja menyanggah bahwa meskipun orang-orang Gibeon itu adalah orang-orang yang mengikat perjanjian dengan mereka, kota-kota ini bukanlah yang dimaksudkan di dalam perjanjian tersebut. Mereka telah berjanji untuk tidak menghancurkan beberapa kota, tanpa menyebut namanya, yang letaknya sangat jauh, dan mereka mengikrarkannya dengan pertimbangan yang segera. Akan tetapi, kota-kota ini letaknya sangat dekat, sehingga dengan demikian bukanlah termasuk kota-kota yang ada di dalam perjanjian. Banyak orang terpelajar berpendapat bahwa para pemimpin umat Israel merasa sangat jijik karena telah ditipu orang Gibeon, sehingga mereka sesungguhnya dibenarkan oleh hukum apabila menarik janji mereka. Tetapi, untuk menjaga nama baik mereka dan mempertahankan kesakralan sumpah di tengah-tengah Israel, para pemimpin umat itu tetap berpegang pada janji mereka. Akan tetapi, tampak jelas bahwa mereka memandang bahwa diri mereka sendiri harus mematuhi perjanjian itu serta khawatir murka Allah akan menimpa mereka apabila mereka melanggarnya. Dan, bagaimanapun tidak menyenangkannya kepatuhan para pemimpin itu terhadap janji mereka di mata jemaah Israel, jelas tindakan itu berkenan di mata Allah, karena ketika orang Israel melindungi orang Gibeon, dalam rangka memenuhi perjanjian itu, Allah memberi mereka kemenangan yang paling mengesankan yang pernah diraih di dalam segala peperangan mereka (ps. 10). Selain itu, lama setelah itu, Allah dengan dahsyat membalas dendam atas kesalahan yang diperbuat Saul terhadap orang-orang Gibeon ini dengan melanggar perjanjian tersebut (2Sam. 21:1). Biarlah peristiwa ini meyakinkan kita, betapa salehnya kita harus melaksanakan janji-janji dan memenuhi kesepakatan kita, serta betapa tulusnya kita harus berpegang kepada janji kita setelah diucapkan. Jika sebuah perjanjian yang diikat dengan begitu banyak rupa kebohongan dan penipuan saja tidak boleh dilanggar, akankah kita berpikir untuk mengelak dari kewajiban melaksanakan perjanjian yang diikat dengan segala kejujuran dan ketulusan? Apabila tipu daya orang lain tidak membenarkan atau mengecualikan kita untuk mengerjakan kebohongan, maka sudah pasti kejujuran orang lain dalam berurusan dengan kita akan memperburuk dan mengutuk ketidakjujuran kita dalam berurusan dengan mereka.
- 2. Meskipun orang Gibeon dibiarkan hidup, para pemimpin umat merampas kebebasan mereka dan menjatuhkan hukuman dengan menjadikan mereka tukang belah kayu dan tukang timba air untuk segenap umat (ay. 21). Dengan usulan inilah jemaat Israel yang murka berhasil ditenangkan, karena
- (1) Mereka yang marah karena orang Gibeon tetap hidup, dapat berpuas hati ketika mereka menyaksikan orang Gibeon dihukum untuk menjalani hukuman itu, yang pada dasarnya lebih berat daripada kematian, yakni perhambaan seumur hidup.
- (2) Mereka yang marah karena orang Gibeon tidak dibinasakan, dapat berpuas hati ketika pelayanan orang Gibeon terhadap jemaah Israel membawa lebih banyak kebaikan bagi segenap masyarakat daripada pekerjaan terbaik yang mereka lakukan sendiri. Singkat kata, orang Israel pada akhirnya tidak menjadi pihak yang mengalami kerugian, baik dalam hal kehormatan maupun keuntungan, dengan berdamai dengan orang-orang Gibeon ini. Apabila jemaah Israel dapat diyakinkan oleh ini, mereka akan terpuaskan.
Matthew Henry: Yos 9:22-27 - Orang Gibeon Dijadikan Hamba Orang Gibeon Dijadikan Hamba (9:22-27)
Pada perikop ini, permasalahan ini diselesaikan di antara Yosua dan orang Gibeon, disertai penjelasan tentan...
Orang Gibeon Dijadikan Hamba (9:22-27)
- Pada perikop ini, permasalahan ini diselesaikan di antara Yosua dan orang Gibeon, disertai penjelasan tentang perjanjian yang telah disepakati bersama. Kita dapat beranggapan bahwa kini yang hadir dan berurusan dengan Yosua bukanlah orang-orang yang pertama kali diutus melainkan para tua-tua sendiri yang turun tangan, agar permasalahan itu dapat dituntaskan sepenuhnya.
- I. Yosua mengecam mereka oleh sebab penipuan yang mereka lakukan (ay. 22), dan mereka pun berupaya sebaik mungkin mencari pembenaran akan tindakan mereka itu (ay. 4).
- 1. Yosua mengecam dengan sangat santun: Mengapa kamu menipu kami? Dia tidak menghujani mereka dengan serapah, tidak mengucapkan kata-kata kasar kepada mereka, tidak memanggil mereka dengan sebutan penipu keparat, yang sebenarnya pantas mereka terima, tetapi hanya bertanya kepada mereka, Mengapa kamu menipu kami? Sekalipun sedang dilanda kegusaran amat sangat, demi hikmat dan tanggung jawab kita, kita harus menjaga perangai dan mengekang hawa nafsu kita. Suatu perkara yang benar tidak perlu dibela oleh amarah, apalagi perkara yang buruk tidak akan dibuat lebih baik dengan itu.
- 2. Orang Gibeon berusaha membela diri dengan alasan terbaik (ay. 24). Berdasarkan firman Allah, mereka tahu bahwa hukuman mati akan dijatuhkan kepada mereka karena perintah Allah adalah untuk memunahkan seluruh penduduk negeri itu, tanpa terkecuali. Melalui karya Allah yang telah dikerjakan-Nya, mereka tahu bahwa tidak ada gunanya menentang pelaksanaan hukuman ini. Mereka memandang bahwa kedaulatan Allah itu tidak ada duanya, keadilan-Nya tidak berubah, kuasa-Nya tidak tertandingi, sehingga mereka memberanikan diri untuk mendapatkan belas kasihan-Nya, dan tidak sia-sialah mereka menyerahkan diri di bawah belas kasih-Nya. Mereka tidak bersikeras untuk membenarkan kebohongan mereka, tetapi segera memohon ampun akan itu, dengan mengakui bahwa perbuatan itu murni dilakukan untuk menyelamatkan nyawa mereka. Setiap manusia yang menemukan di dalam dirinya dorongan untuk menyelamatkan diri pasti akan melakukan hal serupa, khususnya dalam perkara ini, ketika kengerian yang dirasakan tidak sekadar terhadap kuasa manusia (jika ini yang terjadi, kita pasti akan melarikan diri untuk meminta perlindungan Allah), tetapi juga terhadap kuasa Allah sendiri, yang mereka saksikan bekerja melawan mereka.
- II. Yosua mengganjar mereka menjadi hamba sebagai hukuman atas penipuan yang mereka lakukan (ay. 23), dan mereka pun tunduk kepada putusan itu (ay. 25). Dari apa yang terlihat, tampaknya kedua pihak merasa puas akan putusan itu.
- 1. Yosua menjadikan orang-orang Gibeon sebagai hamba seumur hidup. Mereka telah memperoleh nyawa mereka dengan tipu daya, tetapi karena itu bukanlah sesuatu yang benar, Yosua mewajibkan mereka untuk mengabdikan nyawa mereka melakukan pekerjaan seumur hidup, yakni membelah kayu dan menimba air, yang merupakan pekerjaan paling kasar dan melelahkan. Demikianlah kebohongan mereka diganjar. Andaikata mereka berurusan dengan jujur dan apa adanya dengan orang Israel, mungkin mereka akan diganjar dengan kehidupan yang lebih terhormat, tetapi kini, karena mereka memperoleh nyawa mereka dengan pakaian usang dan kasut penuh tambalan, yang adalah lambang perhambaan, maka mereka pun dikutuk mengenakannya seumur hidup, dan inilah takdir mereka yang sepantasnya. Dengan inilah harga dari nyawa mereka telah dibayar. Kekuasaan diperoleh dengan menjaga nyawa orang yang hidup dalam belas kasihan, servus dicitur a servando – seorang hamba disebut demikian karena ia telah diselamatkan. Orang Gibeon berhutang perhambaan kepada orang yang kepadanya mereka berhutang nyawa. Amati bagaimana hukuman itu dijatuhkan kepada mereka.
- (1) Perhambaan itu dijadikan suatu kutuk terhadap mereka. “Sekarang engkau dikutuk dengan kutuk zaman lampau terhadap Kanaan,” dari mana orang-orang Hewi ini berasal, hendaklah ia menjadi hamba yang paling hina bagi saudara-saudaranya (Kej. 9:25). Apa yang lebih pantas dikenakan kepada lidah yang berujar tipu selain kutuk ini? Terkutuklah ia.
- (2) Namun demikian, kutuk ini diubah menjadi berkat. Mereka memang harus menjadi hamba, tetapi untuk rumah Allahku. Para pemimpin umat sebenarnya telah menetapkan mereka menjadi hamba untuk segenap umat (ay. 21), atau setidaknya mereka sendiri yang memilih menjadi hamba, demi menenangkan jemaah Israel yang murka. Tetapi, Yosua meringankan hukuman itu demi kemuliaan Allah dan kebaikan orang Gibeon. Akan terlalu berat bagi mereka jika mereka harus menjadi budak bagi semua orang. Apabila mereka harus menjadi tukang belah kayu dan tukang timba air, yang merupakan pekerjaan paling hina dari semuanya, khususnya orang-orang Gibeon yang merupakan penduduk kota besar dan yang semua orangnya adalah pahlawan (10:2), mereka akan melakukannya untuk rumah Allahku, yang menjadikan pekerjaan itu sungguh mulia. Bahkan Daud sendiri berharap menjadi penjaga pintu di sana. Pekerjaan hamba sekalipun akan menjadi mulia apabia dikerjakan bagi rumah Allah kita dan segala kelengkapannya.
- [1] Orang-orang Gibeon dengan ini dikecualikan dari kebebasan dan hak istimewa orang Israel asli, dan tanda yang senantiasa akan membedakan mereka dengan orang lain disematkan ke atas seluruh angkata keturunan mereka.
- [2] Orang-orang Gibeon dengan ini dipekerjakan untuk melakukan pekerjaan seperti yang telah disebutkan, yang mengharuskan masing-masing mereka untuk hadir di mezbah Tuhan di tempat yang akan dipilih-Nya (ay. 27). Ini akan membawa mereka kepada pengetahuan akan hukum Allah, menjaga mereka agar tetap berada di dalam agama kudus ke mana mereka ditarik masuk, dan mencegah mereka memberontak kembali dengan menyembah berhala-berhala nenek moyang mereka.
- [3] Para imam dan orang Lewi akan sangat diuntungkan dengan mempunyai begitu banyak orang, yang semuanya pahlawan, yang akan senantiasa membantu mereka dan mengabdikan diri untuk melaksanakan segala pekerjaan di dalam Kemah Suci. Kayu dalam jumlah besar harus dibelah sebagai bahan bakar bagi bait Allah, tak hanya untuk menjaga api tetap menyala di mezbah, tetapi juga untuk mengolah daging korban keselamatan, dan lain sebagainya. Air dalam jumlah banyak harus ditimba untuk pelbagai macam pembasuhan seperti ditetapkan oleh hukum Taurat. Pekerjaan-pekerjaan ini serta pekerjaan-pekerjaan hamba lainnya, seperti mencuci segala perabotan, membersihkan abu, menyapu pelataran dan lain-lain, yang seharusnya dikerjakan sendiri oleh orang Lewi, dilimpahkan kepada orang Gibeon untuk dikerjakan.
- [4] Orang-orang Gibeon dengan ini turut menjadi hamba bagi segenap umat Israel, karena apapun yang memajukan dan menunjang ibadah penyembahan kepada Allah merupakan pelayanan sejati bagi masyarakat. Setiap orang Israel berkepentingan memastikan mezbah Allah terpelihara dengan baik. Dengan ini pula, jemaah Israel dikecualikan dari sebagian besar tugas pelayan tersebut, yang mungkin diharapkan untuk dikerjakan oleh beberapa orang dari mereka. Allah telah menetapkan hukum yang menyatakan bahwa orang Israel tidak boleh menjadikan saudara sebangsa mereka sebagai hamba, dan apabila mereka mempunyai budak, maka budak-budak itu harus berasal dari bangsa-bangsa di sekeliling mereka yang tidak mengenal Allah (Im. 25:44). Kini, dalam rangka menghormati hukum tersebut, dan menghormati Israel yang dimuliakan oleh hukum tersebut, Allah tidak akan membebankan segenap pekerjaan di dalam Kemah Suci kepada orang Israel, tetapi kepada orang Gibeon, yang kemudian disebut sebagai Nethinim, yakni budak yang diserahkan kepada orang Lewi, seperti halnya orang Lewi diserahkan kepada para imam (Bil. 3:9) untuk membantu mereka dalam melayani Allah.
- [5] Peristiwa ini dapat dipandang melambangkan diterimanya orang-orang bukan-Yahudi ke dalam jemaat Injili. Pada saat ini, setelah menyerahkan diri, mereka diterima masuk sebagai orang bawahan, tetapi nanti Allah berjanji bahwa dari antara mereka akan diambil-Nya imam-imam dan orang-orang Lewi (Yes. 66:21).
- 2. Orang-orang Gibeon tunduk pada keadaan ini (ay. 25). Sadar akan kesalahan yang diperbuat dengan merancangkan tipu muslihat guna memperdaya orang Israel, dan juga sadar betapa beruntungnya mereka masih dapat tetap hidup dan besarnya kebaikan yang membiarkan mereka tetap hidup, mereka menyetujui usulan ini tanpa bantahan: Perlakukanlah kami seperti yang kaupandang baik dan benar. Lebih baik hidup di dalam perhambaan, khususnya perhambaan semacam ini, daripada tidak hidup sama sekali. Orang-orang yang paling rendah dan paling hina digambarkan merupakan tukang-tukang belah kayu dan tukang-tukang timba air (Ul. 29:11). Akan tetapi, kulit ganti kulit, kebebasan, dan pekerjaan, dan orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya, dan ini bukan tawaran yang buruk. Perkara itu pun diselesaikan dengan seksama.
- (1) Yosua melepaskan orang-orang Gibeon dari tangan orang Israel, sehingga mereka tidak dibunuh (ay. 26). Tampaknya akan ada beberapa orang Israel yang berniat membunuh mereka dengan pedang andaikan Yosua tidak mencegahnya dengan wewenangnya. Panglima perang yang bijaksana tahu persis kapan harus menyarungkan pedang dan kapan harus menghunusnya.
- (2) Yosua kemudian menyerahkan mereka kembali ke tangan orang Israel untuk dijadikan hamba (ay. 27). Mereka dilarang menduduki kota-kota mereka, karena kita jumpai setelah ini bahwa tiga kota mereka jatuh ke dalam milik pusaka suku Benyamin dan satu lagi ke dalam milik pusaka suku Yehuda. Mereka pun juga dilarang bekerja sekehendak hati, tetapi, menurut uskup Patrick, mereka disebar ke kota-kota tempat para imam dan orang Lewi berada, dan hadir bersama para imam dan orang Lewi di tengah pekerjaan mereka untuk melayani di mezbah. Kemungkinan hidup mereka terpelihara dengan melakukan pekerjaan itu. Demikianlah hamba milik orang Israel menjadi orang merdeka milik Tuhan, karena pelayanannya di dalam pekerjaan yang paling hina menjadi kebebasannya, dan pekerjaannya itu menjadi upahnya. Ini semua mereka dapatkan dari penyerahan diri mereka kepada Israel secara sukarela. Serupa dengan ini, biarlah kita tunduk kepada Tuhan kita Yesus dan menyerahkan hidup kita kepada-Nya, dengan berkata, “Kami ini ada dalam tangan-Mu. Perlakukanlah kami seperti yang kaupandang baik dan benar untuk dilakukan kepada kami. Hanya saja, selamatkanlah jiwa kami, dan kami tidak akan menyesalinya.” Apabila Dia menetapkan kita untuk memikul salib-Nya, mengenakan kuk-Nya, dan melayani di mezbah-Nya, ini tidak akan menjadi suatu aib maupun kemalangan bagi kita, karena pekerjaan terhina di dalam melayani Allah akan menganugerahi kita berdiam di rumah Tuhan seumur hidup kita.
SH: Yos 9:1-27 - Waspadai tawaran (Minggu, 23 Juli 2006) Waspadai tawaran
Ada yang mengatakan, bola di depan kaki tidak selalu harus kita
tendang, bisa juga dilewati, atau dipungut dan ditaruh di rak bol...
Waspadai tawaran
Ada yang mengatakan, bola di depan kaki tidak selalu harus kita tendang, bisa juga dilewati, atau dipungut dan ditaruh di rak bola. Artinya perlu bijaksana dan prinsip dalam menangani segala sesuatu di depan kita, termasuk kesempatan baik.
Bijaksana itulah yang terlewatkan oleh Yosua dan tua-tua bangsa Israel dalam menangani bangsa Gibeon. Penduduk Gibeon yang takut ditumpas habis oleh Israel menggunakan akal mereka untuk menyelamatkan diri. Dengan cerdik dan licik menampilkan diri begitu lusuh seolah dari perjalanan jauh, mereka datang pada Yosua dan bangsa Israel. Mereka menawarkan hal yang seolah amat baik: janji persahabatan dan sumpah tidak akan menumpas seorang pun dari bangsa Gibeon (3-6, 9-14). Yosua dan para pemimpin Israel terkecoh. Tanpa waspada dan bertanya kepada Tuhan, mereka mengikat janji persahabatan dengan bangsa Gibeon (15). Dalam sekejap, keputusan itu menimbulkan sungut-sungut segenap umat kepada pemimpin. Dalam jangka panjang akibatnya amat buruk, yaitu terjadilah kawin dan mengawinkan antara umat Israel yang kudus dengan penduduk Kanaan yang membawa umat Israel beribadah kepada dewa dewi Kanaan (Hak. 3:6).
Sebagian besar kita tidak sulit menolak sesuatu yang jelas-jelas jahat. Kesulitan memilah mana yang berkenan atau tidak bagi Tuhan justru muncul di antara pilihan yang tampak baik semuanya. Akibatnya, banyak dari kita berprinsip, apa pun yang baik boleh diterima atau dikerjakan. Bahkan sering kita melakukannya tanpa merasa perlu bertanya kepada Tuhan dengan dalih menggunakan akal budi yang Tuhan berikan. Akibatnya kita sering terjebak tidak lagi melayani Tuhan. Kita terjerat aneka kebaikan semu yang disuguhkan si jahat dan tidak mengerjakan apa yang justru terbaik yang dikehendaki Tuhan.
Camkan: Jangan pernah lupa bertanya kepada Tuhan dalam setiap keputusan hidup Anda, seremeh apa pun tampaknya!
SH: Yos 9:1-15 - Cermati keasliannya (Jumat, 29 Juli 2011) Cermati keasliannya
Banyak cara untuk merebut hati pembeli, salah satunya adalah dengan memodifikasi produk. Akibatnya banyak produk makanan yang jad...
Cermati keasliannya
Banyak cara untuk merebut hati pembeli, salah satunya adalah dengan memodifikasi produk. Akibatnya banyak produk makanan yang jadi berbahaya akibat modifikasi tersebut. Di berbagai kota besar telah ditemukan jajanan anak-anak yang berwarna menarik, ternyata telah dicampur dengan zat pewarna bukan untuk makanan. Tujuannya adalah untuk memikat pembeli, padahal berbahaya bagi kesehatan.
Orang Gibeon adalah "penjual" yang lihai. Mereka sadar bahwa hidup mereka sedang terancam karena Israel akan memusnahkan mereka. Padahal mereka masih ingin hidup. Maka akal sehat pun mereka gunakan. Mereka mengubah penampilan mereka agar terlihat kumuh sehingga terkesan habis melakukan perjalanan jauh (4-5). Dengan penampilan yang menipu seperti itulah mereka menjual sebuah "produk" bernama belas kasihan. Sebuah televisi swasta pernah menampilkan sosok orang yang berpura-pura gila. Menyadari bahwa ia tidak memiliki pendidikan dan keahlian yang memadai, orang ini berpura-pura menjadi orang yang sakit jiwa. Dari desanya ia berangkat dengan penampilan sederhana. Sesampai di kota, ia mengubah dirinya dengan mengenakan pakaian buruk dan mengaburkan warna kulitnya dengan lumpur. Rambutnya pun "didandani" begitu rupa sehingga terlihat berantakan. Dari rumah ke rumah, dari toko ke toko, ia menjajakan belas kasihan. Dan benar saja, aksi berpura-pura tersebut bisa membuat dia bertahan hidup.
Masa kini banyak orang yang berpenampilan menipu. Di kantor-kantor, korupsi dibungkus dengan tujuan yang seolah baik. Di kampus-kampus, mahasiswa melakukan plagiat dengan skripsi hasil copy-paste karya orang lain. Di rumah tangga, seorang suami atau istri yang memiliki selingkuhan, berpura-pura tetap baik. Dari luar semua hal itu begitu baik dan indah, tetapi sesungguhnya palsu.
Dalam dunia ini, begitu banyak cara diciptakan untuk merayu kita dengan tujuan melemahkan dan merontokkan iman kita. Kita harus mewaspadai tampilan yang begitu memukau. Apapun yang kelihatannya baik, perlu kita cermati "keasliannya."
SH: Yos 9:1-27 - Menghadapi Perubahan (Selasa, 29 Januari 2019) Menghadapi Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang pasti dalam sejarah kehidupan manusia. Setiap orang meresponsnya dengan cara beragam pula. Ada yan...
Menghadapi Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang pasti dalam sejarah kehidupan manusia. Setiap orang meresponsnya dengan cara beragam pula. Ada yang siap dan menerimanya. Namun, ada juga yang kesulitan beradaptasi dengannya. Bagi yang sigap menyesuaikan diri, perubahan akan mendatangkan kemajuan. Sebaliknya, mereka yang lambat akan tergilas perubahan itu sendiri.
Perubahan sedang terjadi dalam kehidupan orang Gibeon. Sejak mengetahui kehadiran orang Israel, mereka menjadi gentar. Pasalnya, mereka sudah mendengar apa yang dilakukan orang Israel di Yerikho dan Ai (3). Apalagi, mereka mendengar bahwa orang Israel juga akan menghampiri wilayah mereka. Mereka menjadi ketakutan.
Untuk mengatasi itu, mereka mencoba memasang akal (4). Mereka ingin memohon belas kasihan kepada Israel. Bagaimana caranya? Dengan pakaian compang-camping, mereka mendatangi Yosua (6). Mereka mengaku datang dari tempat jauh. Mereka mengatakan sudah mendengar kabar tentang kebesaran Tuhan (9). Karena itu, mereka ingin mengikat perjanjian dengan Israel (11). Mereka menyerahkan segala harta milik sebagai bukti penyerahan diri (12-13).
Tanpa meminta persetujuan Allah, Israel langsung menyetujui perjanjian itu (14). Akhirnya, mereka pun mengikat persahabatan (15).
Baru tiga hari kemudian, Yosua baru sadar bahwa orang Gibeon telah membohonginya (16). Ternyata, mereka datang bukan dari tempat jauh, namun dari tengah-tengah wilayah itu. Namun, karena sudah sudah terlanjur mengikat perjanjian, Yosua tidak bisa memusnahkan mereka (19). Akhirnya, Yosua mengutuk orang Gibeon menjadi tukang belah kayu dan timba air selamanya (23).
Kisah ini mengajarkan kita tentang menyikapi perubahan. Bagaimana cara kita merespons perubahan? Apakah kita seperti orang Gibeon yang menanggapinya dengan rasa takut? Atau seperti orang Israel yang tidak meminta keputusan Tuhan terlebih dahulu?
Doa: Tuhan Yesus, bimbinglah kami agar bijaksana dalam menyikapi segala perubahan. [KT]
SH: Yos 9:16-27 - Sesuai keputusan Tuhan (Sabtu, 30 Juli 2011) Sesuai keputusan Tuhan
Pemimpin adalah penggerak sebuah komunitas", itu adalah adagium yang disampaikan oleh berbagai pakar ketika dimintai pendapat ...
Sesuai keputusan Tuhan
Pemimpin adalah penggerak sebuah komunitas", itu adalah adagium yang disampaikan oleh berbagai pakar ketika dimintai pendapat mengenai bagaimana mengubah sebuah masyarakat. Seorang sosiolog Amerika menyatakan bahwa cukup dua persen saja jumlah orang-orang yang berperan sebagai pemimpin maka sebuah komunitas akan berubah. Namun di tangan pemimpin, sebuah komunitas juga bisa berubah buruk. Prof. J. E. Sahetapy mengingatkan bahwa ikan busuk akan terlihat dari kepalanya. Kepemimpinan di negeri ini sayangnya diguncang oleh banyak skandal politik yang menyebabkan keresahan di masyarakat.
Baru saja melanggar perintah Tuhan di Ai, kali ini bangsa Israel mengabaikan Tuhan (14). Setelah menerima orang Gibeon menjadi bagian dari mereka, bahkan bersumpah akan memelihara nyawa mereka (15), baru ketahuanlah jika orang Gibeon tersebut hanya berpura-pura. Orang Israel pun bersungut-sungut kepada pemimpin mereka (18). Meski kemudian orang Gibeon menjadi pekerja bagi orang Israel, langkah membiarkan orang Gibeon tersebut tetap hidup adalah sebuah langkah yang berasal dari kepemimpinan yang buruk. Pemimpin Israel, termasuk Yosua, ternyata begitu mudah tertipu oleh penampilan. Mereka kalah bukan oleh pedang di dalam pertempuran, tetapi oleh tipu muslihat. Itulah yang menyebabkan kepercayaan kepada pemimpin menjadi semakin berkurang.
Pemimpin adalah teladan. Kesalahan seorang pemimpin bisa melemahkan orang yang dia pimpin. Banyak gereja dan lembaga pelayanan juga mengalami konflik karena pemimpin yang tidak bijak. Bukan hanya satu dua kasus yang kita dengar tentang ketidakpuasan terhadap seorang pemimpin yang mengakibatkan lahirnya sebuah gereja baru. Pemimpin yang benar adalah pemimpin yang keputusannya bukan diambil hanya dengan mengandalkan panca indra dan yang mudah tertipu oleh penampilan, tetapi yang seharusnya mengikuti pimpinan Tuhan. Mari kita doakan pemimpin kita agar membuat keputusan sesuai keputusan Tuhan.
Topik Teologia -> Yos 9:27
Topik Teologia: Yos 9:27 - -- Pekerjaan-Pekerjaan Allah
Keputusan-keputusan Allah
Pemilihan Allah
Pemilihan Allah akan Tempat Penyembahan
Janji Allah ...
buka semuaPendahuluan / Garis Besar
Full Life: Yosua (Pendahuluan Kitab) Penulis : Yosua
Tema : Menaklukkan Kanaan
Tanggal Penulisan: Abad ke-14 SM
Latar Belakang
Kitab Yosua merupakan kelanjutan sej...
Penulis : Yosua
Tema : Menaklukkan Kanaan
Tanggal Penulisan: Abad ke-14 SM
Latar Belakang
Kitab Yosua merupakan kelanjutan sejarah Pentateukh. Kitab Yosua mencatat peristiwa Israel menyeberangi Sungai Yordan memasuki Kanaan setelah Musa wafat, dan juga penaklukan dan menetapnya kedua belas suku Israel di Kanaan di bawah pemimpin Yosua. Tanggal alkitabiah untuk masuknya Israel ke Kanaan adalah sekitar tahun 1405 SM. Kitab ini meliput 25-30 tahun selanjutnya dalam sejarah Israel, mengisahkan bagaimana Allah memberikan kepada Israel "negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah untuk diberikan kepada nenek moyang mereka" (Yos 21:43).
Sudah sepantasnya, kitab ini dinamakan menurut tokoh utama yang memainkan peranan utama selaku pemimpin yang ditetapkan Allah sepanjang kitab ini. Sejarah pribadi Yosua mempersiapkannya dengan baik untuk menjadi pemimpin penaklukan. Yosua yang hidup pada akhir masa penindasan Israel di Mesir menyaksikan kesepuluh tulah hukuman, Paskah pertama, penyeberangan ajaib Laut Merah, dan tanda-tanda (dan hukuman-hukuman) adikodrati sepanjang perjalanan Israel di padang gurun. Ia menjadi panglima perang di bawah Musa dalam perang melawan suku Amalek tidak lama sesudah meninggalkan Mesir (Kel 17:8-16), dan hanya ia sendiri yang menyertai Musa naik ke Gunung Sinai ketika Allah memberikan Kesepuluh Hukum (Kel 24:12-18). Sebagai pembantu Musa, Yosua menunjukkan suatu pengabdian dan kasih yang mendalam kepada Allah dengan sering kali berada di hadapan Allah untuk jangka waktu yang lama (Kel 33:11); dialah orang yang sangat menghargai kehadiran Allah yang kudus. Ia pasti belajar banyak dari Musa, penasihat dan pembimbingnya yang dipercayai, tentang cara-cara Allah dan kesulitan menuntun umat itu. Di Kadesy Yosua menjadi salah seorang dari dua belas mata-mata yang mengintai negeri Kanaan. Bersama Kaleb, ia dengan gigih menolak laporan ketidakpercayaan sepuluh mata-mata yang lain (Bil 14:1-45). Bertahun-tahun sebelum menggantikan Musa sebagai pemimpin Israel, Yosua sudah menunjukkan bahwa ia seorang yang beriman, bervisi, memiliki keberanian, setia, taat dengan sungguh-sungguh, tekun berdoa, dan mengabdi kepada Allah dan firman-Nya. Pada saat ia dipilih sebagai pengganti Musa, ia merupakan orang yang "penuh Roh" (Bil 27:18; bd. Ul 34:9).
Tradisi Yahudi (Talmud) menyebutkan Yosua sebagai penulis kitab ini. Dua kali kitab ini menyebutkan bahwa Yosua menulis kitab ini (Yos 18:9; Yos 24:26). Bukti dari dalam kitab ini dengan kuat menunjukkan bahwa penulisnya telah menyaksikan sendiri penaklukan Kanaan (bd. "kita" dalam Yos 5:6; perhatikan bahwa Rahab masih hidup ketika penulis menuliskan kitab ini, Yos 6:25). Bagian-bagian yang ditambahkan setelah Yosua wafat -- mis. Yos 15:13-17 (bd. Hak 1:9-13); Yos 24:29-33 -- mungkin ditulis oleh salah seorang tua-tua "yang hidup lebih lama daripada Yosua" (Yos 24:31). Yosua wafat sekitar tahun 1375 SM ketika berusia 110 tahun (Yos 24:29).
Tujuan
Kitab Yosua ditulis sebagai catatan mengenai kesetiaan Allah dalam menggenapi janji-janji perjanjian-Nya kepada Israel mengenai tanah Kanaan (Yos 23:14; bd. Kej 12:6-7). Kemenangan-kemenangan penaklukan disebut sebagai tindakan penebusan Allah bagi Israel dan tindakan penghukuman atas kebudayaan Kanaan yang merosot (lih. Ul 9:4). Kekerasan di dalam kitab ini harus dilihat dari perspektif ini. Arkeologi menegaskan bahwa kebejatan dan kekejaman yang merajalela menjadi ciri khas dari suku-suku Kanaan yang diganti oleh Israel.
Survai
Kitab Yosua dimulai di mana kitab Ulangan berakhir. Israel masih berkemah di dataran Moab (Ul 34:1), di sebelah timur Yerikho dan Sungai Yordan. Kitab ini terbagi atas tiga bagian.
- (1) Bagian pertama (Yos 1:1--5:15) menggambarkan penugasan Yosua oleh Allah sebagai pengganti Musa dan persiapan Israel untuk memasuki Kanaan (Yos 1:1--3:13), penyeberangan Sungai Yordan (Yos 3:14--4:24), dan kegiatan perjanjian mereka yang pertama di negeri itu (pasal 5; Yos 5:1-12). Allah berjanji kepada Yosua, "Setiap tempat yang akan diinjak oleh telapak kakimu Ku-berikan kepada kamu" (Yos 1:3).
- (2) Bagian kedua (Yos 6:1--13:7) menggambarkan bagaimana Israel dengan taat maju melawan kota-kota otonom yang bersenjata lengkap dan memiliki tembok yang dibentengi dengan kuat. Allah memberikan kemenangan-kemenangan menentukan kepada umat-Nya di wilayah tengah (pasal 6-8; Yos 6:1--8:35), selatan (pasal 9-10; Yos 9:1--10:23), dan utara (pasal 11-12; Yos 11:1--12:24) Kanaan, sehingga Israel menguasai wilayah pegunungan (selatan ke utara) sampai ke Negev. Cara luar biasa Israel menaklukkan Yerikho dengan jelas menunjukkan kepada Israel siapa Pemimpin keselamatan mereka (pasal 6; Yos 6:1-27). Kekalahan Israel di Ai menunjukkan kejujuran kitab ini dan ketaatan yang sungguh-sungguh yang dituntut Allah dari Israel (pasal 7; Yos 7:1-26).
- (3) Bagian ketiga (Yos 13:8--22:34) mencatat pembagian tanah oleh Yosua kepada ke-dua belas suku, warisan Kaleb, enam kota perlindungan, dan ke-48 kota Lewi di antara suku-suku itu. Kitab ini diakhiri dengan dua amanat perpisahan Yosua (Yos 23:1--24:28) dan pernyataan singkat tentang penguburan Yosua dan Eleazar (Yos 24:29-33).
Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai Kitab Yosua.
- (1) Kitab ini menjadi kitab sejarah PL pertama yang melukiskan sejarah Israel sebagai bangsa di Palestina.
- (2) Kitab Yosua memberikan pengetahuan banyak tentang kehebatan hidup Yosua selaku pilihan Allah untuk menyelesaikan tugas Musa; tugasnya ialah menegakkan Israel sebagai umat perjanjian di tanah perjanjian.
- (3) Kitab ini mencatat banyak sekali mukjizat ilahi demi Israel, dua yang paling menakjubkan ialah kejatuhan Yerikho (pasal 6; Yos 6:1-27) dan perpanjangan waktu siang hari pada saat pertempuran di Gibeon (pasal 10; Yos 10:1-43).
- (4) Inilah kitab PL terkemuka yang menggambarkan konsep "perang suci" sebagai suatu tugas khusus dan terbatas yang ditetapkan Allah di dalam konteks sejarah keselamatan.
- (5) Kitab ini menekankan tiga kebenaran akbar mengenai hubungan Allah dengan umat perjanjian-Nya:
- (a) kesetiaan-Nya,
- (b) kekudusan-Nya, dan
- (c) keselamatan-Nya.
- (6) Kitab ini menekankan pentingnya mempertahankan warisan tindakan-tindakan penyelamatan Allah demi umat-Nya dan pentingnya melestarikan warisan tersebut dari angkatan ke angkatan.
- (7) Kisah panjang dalam kitab ini mengenai pelanggaran Akhan dan hukumannya (pasal 7; Yos 7:1-26), bersama dengan berbagai nasihat, peringatan, dan hukuman lainnya, menekankan pentingnya takut akan Tuhan di dalam hati umat Allah.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Nama Yosua (Ibr. _Yehoshua_ atau _Yeshua_) adalah nama Ibrani yang sepadan dengan "Yesus" dalam PB (lihat cat. --> "Yos 1:1"). [atau ref. Yos 1:1] Di dalam peranan menuntun Israel memasuki tanah perjanjian, Yosua menjadi lambang PL dari Yesus yang berperanan untuk "membawa banyak orang kepada kemuliaan" (Ibr 2:10; Ibr 4:1-13 bd.2Kor 2:14). Juga, sebagaimana Yosua yang pertama menggunakan pedang hukuman Allah yang dahsyat dalam penaklukan, demikian pula Yosua kedua akan menggunakannya dalam penaklukan atas bangsa-bangsa pada akhir sejarah (Wahy 19:11-16).
Full Life: Yosua (Garis Besar) Garis Besar
I. Persiapan untuk Masuk dan Menduduki Kanaan
(Yos 1:1-5:15)
A. Yosua Ditugaskan Allah
(...
- I. Persiapan untuk Masuk dan Menduduki Kanaan
(Yos 1:1-5:15) - A. Yosua Ditugaskan Allah
(Yos 1:1-9) - B. Persiapan untuk Menyeberangi Yordan
(Yos 1:10-3:13) - C. Menyeberangi Sungai Yordan
(Yos 3:14-4:24) - D. Sunat, Paskah, dan Perjumpaan di Gilgal
(Yos 5:1-15) - II. Menaklukkan Tanah yang Dijanjikan
(Yos 6:1-13:7) - A. Menaklukkan Kanaan Tengah
(Yos 6:1-8:35) - 1. Kemenangan di Yerikho
(Yos 6:1-27) - 2. Kekalahan di Ai karena Dosa Akhan
(Yos 7:1-26) - 3. Kemenangan di Ai
(Yos 8:1-29) - 4. Penyembahan dan Pembaharuan Perjanjian di Sikhem
(Yos 8:30-35) - B. Menaklukkan Kanaan Selatan
(Yos 9:1-10:43) - 1. Perjanjian dengan Suku Gibeon
(Yos 9:1-27) - 2. Pemusnahan Persekutuan Suku Amor
(Yos 10:1-43) - C. Menaklukkan Kanaan Utara
(Yos 11:1-15) - D. Rangkuman Daerah-Daerah yang Ditaklukkan
(Yos 11:16-12:24) - E. Rangkuman Daerah-Daerah yang Belum Ditaklukkan
(Yos 13:1-7) - III.Membagi Tanah Sebagai Milik Pusaka
(Yos 13:8-22:34) - A. Suku-Suku di Bagian Timur Sungai Yordan
(Yos 13:8-33) - B. Suku-Suku di Bagian Barat Sungai Yordan
(Yos 14:1-19:51) - C. Jatah-Jatah Khusus
(Yos 20:1-21:45) - 1. Enam Kota Perlindungan
(Yos 20:1-9) - 2. Kota-Kota Suku Lewi
(Yos 21:1-45) - D. Kembalinya Suku-Suku Timur
(Yos 22:1-34) - IV. Amanat-Amanat Perpisahan Yosua
(Yos 23:1-24:28) - A. Kepada Para Pemimpin Israel
(Yos 23:1-16) - B. Kepada Seluruh Israel: Pembaharuan Perjanjian di Sikhem
(Yos 24:1-28) - Penutup
(Yos 24:29-33) - A. Kematian dan Penguburan Yosua
(Yos 24:29-31) - B. Penguburan Tulang-Tulang Yusuf
(Yos 24:32) - C. Kematian dan Penguburan Eleazar
(Yos 24:33)
Matthew Henry: Yosua (Pendahuluan Kitab)
I. Di hadapan kita sekarang, kita mendapati sejarah bangsa Yahudi dalam kitab ini dan kitab-kitab sesudahnya sampai akhir kitab Ester. Kitab-k...
- I. Di hadapan kita sekarang, kita mendapati sejarah bangsa Yahudi dalam kitab ini dan kitab-kitab sesudahnya sampai akhir kitab Ester. Kitab-kitab ini, sampai akhir Kitab Raja-raja, disebut oleh para penulis Yahudi sebagai kitab pertama dari kitab-kitab para nabi. Mereka membagi kitab-kitab Perjanjian Lama ke dalam tiga kelompok, yaitu kitab hukum Taurat, kitab nabi-nabi, dan ketubim atau hagiografi (tulisan-tulisan – pen.). Lihat juga Lukas 24:44. Semua tulisan lain selain kitab hukum Taurat dan kitab-kitab yang disebutkan di atas, dimasukkan sebagai bagian dari hagiografi. Kitab nabi-nabi seperti Yosua ini, meskipun sejarah adalah pokok bahasannya, namun dapat diduga bahwa para nabilah yang merupakan penulisnya. Kalau diperhatikan, pada kitab-kitab yang murni bersifat nubuatan, nama nabi yang menulisnya akan dicantumkan, sebab keabsahan nubuatan-nubatan di dalamnya sangat bergantung pada nabi yang menulisnya. Tetapi kitab-kitab sejarah ini, ada kemungkinan, merupakan kumpulan dari berbagai catatan asli bangsa itu. Sebagian dari para nabi mendapat pimpinan dan pertolongan ilahi untuk mengumpulkan catatan-catatan itu bagi kepentingan jemaat sampai akhir dunia. Dan jemaat Yahudi selama berabad-abad sudah diberkati dengan nabi-nabi seperti itu. Sama seperti para pemimpin dan pejabat yang lain, demikian pula sejarawan-sejarawan mereka mendapat wewenang dari sorga. Tampak bahwa walaupun isi pokok dari sejumlah sejarah itu ditulis ketika peristiwa-peristiwanya masih segar dalam ingatan, dan ditulis di bawah pimpinan ilahi, namun, di bawah pimpinan yang sama, sejarah-sejarah itu dituangkan dalam bentuk yang kita miliki sekarang oleh suatu tangan lain. Hal itu dilakukan lama sesudahnya, mungkin semuanya oleh tangan yang sama, atau kira-kira pada waktu yang sama. Dasar-Dasar dari dugaan ini adalah,
- 1. Karena tulisan-tulisan terdahulu begitu sering dirujuk, seperti Kitab Orang Jujur (Yos. 10:13 dan 2Sam. 1:18), Kitab Sejarah Raja-raja Israel dan Yehuda, dan Kitab-kitab Gad, Natan, dan Ido.
- 2. Karena hari-hari lalu ketika berbagai peristiwa terjadi kadang-kadang disinggung kembali, seperti dalam 1 Samuel 9:9, nabi yang sekarang ini disebutkan dahulu pelihat (KJV: orang yang sekarang dipanggil nabi ini dahulunya dipanggil sebagai seorang pelihat). Dan,
- 3. Karena kita begitu sering membaca tentang hal-hal yang tetap ada sampai sekarang, seperti batu-batu (Yos. 4:9; 7:26; 8:29; 10:27; 1Sam. 6:18), nama-nama tempat (Yos. 5:9; 7:26; Hak. 1:26; 15:19; 18:12; 2Raj. 14:7), hak-hak dan kepemilikan (Hak. 1:21; 1Sam. 27:6), adat dan kebiasaan (1Sam. 5:5; 2Raj. 17:41). Ungkapan itu ditambahkan sejak saat itu ke dalam sejarah oleh para pengumpul catatan yang mendapat ilham ilahi untuk meneguhkan dan menggambarkan sejarah itu kepada orang-orang yang hidup pada zaman mereka kala itu. Jika kita bisa menawarkan suatu dugaan belaka, bukan tidak mungkin bahwa kitab-kitab sejarah, sampai akhir Kitab Raja-Raja, dikumpulkan oleh Nabi Yeremia, tidak lama sebelum pembuangan. Sebab dikatakan tentang Ziklag (1Sam. 27:6), bahwa Ziklag menjadi kepunyaan raja-raja Yehuda sampai sekarang. Ungkapan ini mulai digunakan setelah Salomo dan berakhir pada masa pembuangan. Lebih mungkin lagi bahwa kitab-kitab sesudahnya dikumpulkan oleh Ezra, sang penyalin naskah, beberapa saat sesudah pembuangan. Apa pun itu, meskipun kita ada dalam kegelapan mengenai penulis-penulisnya, kita tidak ragu mengenai wewenang mereka. Kitab-kitab itu adalah bagian dari sabda-sabda Allah, yang dipercayakan kepada orang-orang Yahudi, dan diterima serta dirujuk sebagai hal yang demikian oleh Juruselamat kita dan para rasul.
- Dalam kelima kitab Musa, kita mempunyai gambaran yang sangat lengkap tentang kemunculan, keberlangsungan, dan pendirian jemaat Perjanjian Lama. Kitab Musa itu juga berisi tentang keluarga yang menjadi asal-usul kemunculan jemaat itu, tentang janji ilahi, yaitu piagam agung yang olehnya jemaat itu dipersatukan, tentang mujizat-mujizat yang dengannya jemaat itu dibangun, dan tentang hukum-hukum serta ketetapan-ketetapan yang olehnya jemaat itu harus diperintah. Dari sini orang akan mendapatkan suatu gambaran tentang tabiat dan keadaan jemaat itu yang sangat berbeda dari apa yang kita dapati dalam sejarah yang digambarkan dalam Kitab Yosua ini. Orang akan menyangka bahwa sebuah bangsa yang mempunyai ketetapan-ketetapan dan peraturan-peraturan yang begitu penuh kebajikan, seharusnya sangatlah kudus. Sebuah bangsa yang mendapat janji-janji yang begitu kaya seharusnya sangatlah berbahagia. Akan tetapi, sungguh sayang! Sebagian besar dari sejarah bangsa ini malah mengandung gambaran yang menyedihkan dari dosa-dosa dan kesengsaraan-kesengsaraan mereka. Sebab hukum Taurat sama sekali tidak membawa kesempurnaan, karena ia hanya membawa orang untuk berharap akan pengharapan yang lebih baik. Sama halnya juga, jika kita membandingkan sejarah jemaat Kristen dengan ketetapannya, kita akan menemukan alasan yang sama untuk terheran-heran. Begitu banyak kesalahan dan kebobrokannya. Sebab, Injil juga tidak membawa kesempurnaan pada apa pun di dunia ini, tetapi meninggalkan kita dalam keadaan menantikan pengharapan yang lebih baik dalam kehidupan yang akan datang.
- II. Di hadapan kita ini ada Kitab Yosua, yang disebut demikian, mungkin, bukan karena kitab itu ditulis olehnya, sebab hal itu tidaklah pasti. Dr. Lightfoot berpendapat bahwa Pinehas menulisnya. Sementara Uskup Patrick berpendapat bahwa jelas Yosua sendiri yang menulisnya. Apa pun itu, kitab ini ditulis tentang Yosua, dan, jika orang lain yang menulisnya, itu dikumpulkan dari catatan-catatan atau riwayat-riwayat yang disusun oleh Yosua. Kitab itu berisi sejarah Israel di bawah pimpinan dan pemerintahan Yosua, bagaimana ia memimpin sebagai panglima pasukan mereka,
- 1. Ketika mereka masuk ke Kanaan (ps. 1-5).
- 2. Ketika mereka menaklukkan Kanaan (ps. 6-12).
- 3. Ketika tanah Kanaan dibagi-bagi di antara suku-suku Israel (ps. 13-21).
- 4. Ketika agama ditetapkan dan ditegakkan di antara mereka (ps. 22-24).
- Dalam semuanya itu, Yosua adalah teladan yang baik untuk kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, dan kesalehan, bagi semua orang yang pekerjaannya mengurusi kepentingan orang banyak. Tetapi ini bukan satu-satunya manfaat yang harus diambil dari sejarah ini. Kita dapat melihat di dalamnya,
- 1. Banyak tentang Allah dan penyelenggaraan-Nya. Kuasa-Nya dalam kerajaan alam, keadilan-Nya dalam menghukum orang Kanaan ketika takaran kejahatan mereka sudah penuh, kesetiaan-Nya pada perjanjian-Nya dengan para bapa leluhur, dan kebaikan-Nya terhadap umat-Nya Israel, kendati dengan perbuatan-perbuatan mereka yang menyulut murka. Kita dapat melihat-Nya sebagai Tuhan semesta alam yang menentukan hasil-hasil perang, dan sebagai penentu undi, yang menentukan batas-batas kediaman manusia.
- 2. Banyak tentang Kristus dan anugerah-Nya. Meskipun Yosua tidak secara tegas disebutkan dalam Perjanjian Baru sebagai perlambang Kristus, namun semua penafsir setuju bahwa ia adalah perlambang Kristus yang sangat terkemuka. Yosua menyandang nama Juruselamat kita, seperti juga seorang perlambang lain dari Dia, yaitu Yosua sang kepala imam besar (Za. 6:11-12). Septuaginta (Perjanjian Lama terjemahan bahasa Yunani – pen.), dengan memberikan akhiran Yunani pada nama Yosua, selalu menyebutnya Iesous Yesus, dan demikianlah nama Juruselamat kita dipanggil (Kis. 7:45 dan Ibr. 4:8). Yustinus Martir, salah seorang penulis mula-mula dari jemaat Kristen (Dialog. cum Tryph. p. mihi 300), memandang bahwa janji dalam Kitab Keluaran 23:20 itu, malaikat-Ku akan membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan, menunjuk pada Yosua. Dan kata-kata ini, nama-Ku ada di dalam dia, merujuk pada hal ini, bahwa nama Yosua akan sama dengan nama Mesias. Nama itu berarti, Ia akan menyelamatkan. Yosua menyelamatkan umat Allah dari orang Kanaan. Yesus Tuhan kita menyelamatkan umat Allah dari dosa-dosa mereka. Kristus, seperti Yosua, adalah yang memimpin kita kepada keselamatan, seorang raja dan pemerintah bagi suku-suku bangsa, untuk menginjak-injak Iblis di bawah kaki mereka, untuk membuat mereka menduduki Kanaan sorgawi, dan untuk membawa mereka masuk ke tempat perhentian, yang dikatakan dalam Ibrani 4:8, tidak dilakukan Yosua.
Jerusalem: Yosua (Pendahuluan Kitab) KITAB-KITAB YOSUA, HAKIM-HAKIM RUT, SAMUEL, DAN RAJA-RAJA
PENGANTAR
Dalam Alkitab Ibrani kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja di sebut...
KITAB-KITAB YOSUA, HAKIM-HAKIM RUT, SAMUEL, DAN RAJA-RAJA
PENGANTAR
Dalam Alkitab Ibrani kitab-kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja di sebut "Nabi-nabi terdahulu" untuk membedakan kitab-kitab itu dengan "Nabi-nabi kemudian", ialah Yesaya, Yeremia. Yehezkiel dan kedua belas nabi kecil. Sebutan "Nabi-nabi terdahulu" itu berdasarkan suatu tradisi yang berkata, bahwa kitab- kitab itu digabungkan oleh beberapa nabi. Menurut tradisi itu Yosualah yang menggubah kitabnya, sedangkan kitab Hakim-hakim dan Samuel dikarang oleh nabi Samuel dan kitab Raja-raja oleh nabi Yeremia. Sebutan "Nabi-nabi" tsb dapat dibenarkan juga mengingat sifat keagamaan yang ada pada kitab-kitab itu. Walaupun kitab-kitab itu lazimnya kita katakan "kitab-kitab sejarah", namun pokok utamanya ialah hubungan Israel dengan Allahnya, Yahwe, yakni kesetiaan dan (terutama) ketidak-setiaan Israel kepada firman Allah yang disuarakan oleh para nabiNya. Nabi-nabi memang sering tampil dalam kisah yang tercantum dalam kitab- kitab itu. Muncullah nabi Samuel, gat, Natan, Elia, Elisa, Yesaya dan Yeremia di samping sejumlah nabi lain yang kurang penting peranannya. Adapun kitab Raja- raja menggambarkan latar belakang bagi para nabi pengarang yang berkarya sebelum masa pembuangan.
Sebagaimana keempat kitab tsb berhubungan erat dengan kitab para nabi, demikianpun hubungan dengan kitab-kitab yang mendahuluinya dalam daftar kitab- kitab suci, yaitu kelima kitab Musa. Melihat isinya kitab-kitab itu melanjutkan Pentateukh. Pada akhir kitab Ulangan Yosua diangkat sebagai pengganti Musa dan kisah kitab Yosua mulai tidak lama sesudah wafatnya Musa. Dahulu pernah disangka, bahwa ditinjau dari segi sastrapun kelima kitab Musa dan kitab-kitab berikutnya merupakan suatu kesatuan. Maka dalam kitab-kitab itu dicari-carilah lanjutan dari "dokumen-dokumen" atau "sumber-sumber" yang ditemukan dalam Pentateukh. Ada sementara ahli yang menemukan sumber-sumber yang sama dalam kitab Yosua lalu berkata tentang "Heksateukh" (enam kitab: Pentateukh + Yosua). Kemudian lanjutan sumber-sumber itu dicari juga dalam kitab Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja. Tetapi usaha untuk menemuka sumber-sumber Pentateukh dalam kitab- kitab tsb tidak membawa hasil yang meyakinkan. Sedikit lain halnya dengan kitab Yosua. Dalam kitab ini memang dapat ditemukan beberapa bagian yang mempunyai ciri-ciri yang juga lebih atau kuang tampak dalam tradisi Yahwista dan Elohista yang menjadi sumber bagi Pentateukh. Namun demikian unsur-unsur dalam kitab Yosua yang mempunyai ciri-ciri itu tidak boleh dikatakan lanjutan tradisi- tradisi tsb. Sebaliknya, kitab Yosua jauh lebih terpengaruh oleh tradisi (serta ajarannya) yang menghasilkan kitab Ulangan (selanjutnya disebut: tradisi Ulangan). Maka pendukung-pendukung Heksateukh terpaksa menerima, bahwa kita Yosua mengalami saduran dan penggubahan yang dikerjakan oleh seseorang (atau beberapa orang) yang dijiwai oleh tradisi Ulangan. Pengaruh tradisi Ulangan itupun terdapat dalam kitab-kitab yang berikut (Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja), walaupun pengaruh itu tidak sama besarnya dalam semua kitab itu. Pengaruh tradisi Ulangan sangat terasa dalam kitab Hakim-hakim, sedangkan terbatas sekali dalam kitab Samuel, padahal kembali berperan besar dalam kitab Raja-raja. allah dasar pengaruh tradisi Ulangan yang terasa dalam semua kitab itu sementara ahli mengemukakan hipitesa, bahwa kitab Ulangan aslinya merupakan awal sebuah kitab sejarah keagamaan besar yang merangkum kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel dan Raja-raja.
Adapun isi karya sejarah yang besar itu adalah sbb: kitab Ulangan melandaskan dalam sejarah ajaran, bahwa Israel adalah bangsa yang terpilih oleh Yahwe dan iapun menetapkan undang-undang bagi teokrasi yang dihasilkan oleh tindakan Allah yang memilih umatNya. Kitab yosua mengisahkan bagaimana umat terpilih itu menduduki Tanah yang dijanjikan kepadanya. Kitab Hakim-hakim menceritakan bahwa umat terpilih dalam tanahnya itu berulang kali murtad dari Yahwe, lalu kembali kepadaNya. Kitab Samuel terlebih dahulu menyinggung krisis hebat yang mengakibatkan terbentuknya kerajaan, lalu menguraikan bagaimana teokrasi sebagaimana dicita-citakan terwujud di zaman pemerintahan Daud. Kitab Raja-raja lalu menggambarkan kemerosotan yang berawal pemerintahan Salomo dan melalui serangkaian ketidak-setiaan, yang tidak dapat diimbagi beberapa raja yang saleh, membawa umat terpilih sampai menjadi terkutuk oleh Allahnya. Waktu segala keterangan mengenai pribadi dan karya besar itu, lalu dipersatukan dengan kitab- kitab yang sekarang termaktub dalam Pentateukh (lih. Pengantar Pentateukh).
Hipotesa tsb mengenai adanya karya sejarah yang digabungkan oleh tradisi Ulangan boleh disetujui. Tetapi hipotesa itu perlu dilengkapi atau dikoreksi sedikit dengan dua uraian tambahan. Yang pertama adalah sbb: Karya tradisi Ulangan tsb dikerjakanberdasarkan tradisi-tradisi lisan ataupun dokumen-dokumen tertulis yang berbeda-beda isi dan sifatnya. Tradisi-tradisi tsb pada umumnya sudah dikumpulkan dan dijadikan kesatuan-kesatuan literer sendiri-sendiri sebelum diolah oleh tradisi Ulangan. Bahan itu oleh tradisi Ulangan disadur dengan cara yang tidak merata. Dengan jalan demikian dapat diterangkan, mengapa kitab-kitab atau bagian-bagian besar kitab-kitab itu mempertahankan corak asli yang berbeda dengan ciri-ciri khas tradisi Ulangan. Tambahan yang kedua ialah: penggubahan oleh tradisi Ulangan tidak hanya satu kali saja. Dalam masing-masing kitab dapat ditemukan petunjuk-petunjuk, bahwa karya tradisi Ulangan itu berulang-ulang diterbitkan. Berdasarkan kitab Raja-raja, tempat petunjuk- petunjuk tsb paling jelas, harus dikatakan bahwa sekurang-kurangnya ada dua terbitan. Terbitan pertama dikerjakan tidak lama sesudah raja Yosua mengadakan pembaharuannya. Terbitan kedua dikerjakan di masa pembuangan Israel di Babel (atau sesudahnya). Dalam kata pengantar bagi masing-masing kitab akan diberikan keterangan-keterangan lebih lanjut mengenai apa yang di sini dikatakan secara umum.
Dalam bentuknya yang terakhir semua kitab ini merupakan karya sebuah mazbah orang-orang mursyid yang meresapkan ke dalam hati gagasan-gagasan dan cita-cita yang menjiwai kitab Ulangan. Mereka merenungkan sejarah bangsanya yang lampau, lalu menarik dari padanya pelajaran keagamaan. Tetapi dalam karya mereka tersimpan bagi kita berbagai-bagai tradisi, baik lisan maupun tertulis, yang sebagiannya dapat dikembalikan ke zaman kepahlawanan waktu Israel merebut Tanah yang dijanjikan dan sebagiannya mengisahkan peristiwa-peristiwa cemerlang dari sejarah umat Allah selanjutnya. Sejarah yang diperkenalkan tentu saja "sejarah suci". Tetapi ini tidak mengurangi nilai karya itu bagi sejarahwan, sedangkan bagi orang beriman justru sifat itulah yang menjadi nilainya yang tertinggi. Orang beriman tidah hanya menemukan dalam karya itu, bahwa Allah turun tangan dalam kejadian-kejadian di dunia ini, tetapi kasih-sayang Allah yang banyak tuntutannya terhadap umat pilihanNya oleh orang beriman dapat diartikan sebagai persiapan bertahap-tahap menuju ke Israel baru, yakni persekutuan kaum beriman.
Kitab Yosua terbagi menjadi tiga bagian: a) Tanah yang dijanjikan direbut Israel, Yos 1-12;b) wilayah tanah yang direbut dibagi-bagikan kepada kedua belas suku, Yos 13-21; c) Yosua menyelesaikan tugasnya dan menyampaikan wejangan-wejangan perpisahan kepada perhimpunan semua suku di Sikhem, Yos 22- 24.
Sudahlah pasti, bahwa kitab Yosua tidak dikarang oleh Yosua sendiri, sebagaimana dikatakan oleh tradisi Yahudi. Pasti juga, bahwa penyusun kitab in mempergunakan berbagai-bagai sumber. Dalam bagian pertama kitab, Yos 1-12, ditemukan sejumlah tradisi, Yos 2-9, yang kadang-kadang sejalan dan yang berpautan dengan tempat suci suku Benyamin di Gilgal; selanjutnya, Yos 10-11, terdapat dua cerita mengenai peperangan, yang satu tentang pertempuran di Gibeon dan yang lain mengenai pertempuran di Merom; cerita-cerita ini mengenai penaklukan bagian selatan dan bagian utara negeri Kanaan. Kisah mengenai orang- orang Gibeon yang terdapat dalam bab 9 dengan lanjutannya dalam Yos 10:1-6 berperan sebagai tali penghubung antara kedua kelompok tradisi-tradisi (Yos 2- 8; 10-11) tsb yang agaknya sudah dipersatukan sejak awal zaman para raja.
Kenyataan, bahwa ceritera-ceritera bab 2-9 berasal dari Gilgal, tempat suci suku Benyamin, tidaklah berarti, bahwa apa yang dikatakan tentang Yosua, seorang Efraim, baru kemudian disisipkan ke dalam tradisi-tradisi itu. Sebab sebagian suku Efraim dan sebagian suku Benyamin bersama-sama memasuki negeri Kanaan sebelum mendapat wilayahnya masing-masing. Tidak dapat disangkal, bahwa ceritera-ceritera dalam bab 2-9 mempunyai ciri etiologis, artinya: cerita-cerita itu berusaha menjelaskan beberapa gejala dan keadaan yang masih dapat disaksikan orang. Tetapi unsur etiologis itu hanya menyangkut hal-ihwal atau akibat-akibat peristiwa-peristiwa yang sendiri tidak perlu diragukan kebenaran historisnya, kecuali barangkali ceritera mengenai direbutnya kota Ai.
Bagian kedua kitab Yosua, Yos 13-21, berupa uraian geografis dan sifatnya berbeda sekali dengan sifat bagian pertama. Bab 13 berkata tentang tempat kediaman suku-suku Ruben, gad dan separuh suku Menasye yang sudah menetap di daerah di seberang yordan di zaman Musa, bdk Bil 32; Ul 3:12-17. Bab 14-19 berkata tentang tempat kediaman suku-suku di sebelah barat sungai Yordan. Dalam bab-bab ini tergabung dua macam dokumen. Dokumen pertama ialah sebuah laporan mengenai batas-batas masing-masing suku. Kadang-kadang laporan itu sangat terperinci dan kadang-kadang agak kabur. Dokumen ini agaknya disusun di zaman sebelum masa para raja. Pada dokumen itu ditambahkan dokumen-dokumen lain, yang daftar-daftar kota-kota. Paling terperinci adalah daftar kota-kota Yehuda yang tercantum dalam bab 15. Bila pada daftar itu ditambahkan daftar suku Benyamin yang terdapat dalam Yos 18:25-28, maka pembagian kota-kota itu menjadi dua belas kelompok atau wilayah. Boleh jadi daftar-daftar kota-kota itu mencermikan pembagian administratip kerajaan Yehuda, barangkali di zaman pemerintahan raja Yosafat. Bab 20 yang berupa tambahan menyebut kota-kota perlindungan. Daftar ini tidak lebih tua usianya dari zaman pemerintahan raja Salomo. Adapun bab 21 yang berkata tentang kota Lewi, ditambah sesudah masa pembuangan. tetapi di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berasal dari zaman para raja, jadi dari zaman sebelum pembuangan.
Bab 22 dalam bagian ketiga kitab Yosua, Yos 22-24, mengenai pulangnya suku- suku yang bertempat tinggal di seberang sungai Yordan dan tentang mezbah yang mereka dirikan di tepi sungai itu. Dalam ceritera ini terdapat petunjuk, bahwa diolah oleh tradisi Ulangan dan tradisi para Imam. Ceritera itu agaknya berasal dari sebuah tradisi terdiri yang usia maupun maknanya tidak jelas. Dalam bab 24 terpelihara kenangan yang kuno dan asli mengenai suatu himpunan suku-suku Israel di Sikhem untuk mengadakan sebuah perjanjian suci.
Para penyusun kitab Yosua yang berpikir sesuai dengan tradisi Ulangan tidak hanya di sana-sini mengolah bahan yang diambil dari tradisi yang tersedia tetapi juga menambah beberapa bagian. Tambahan-tambahan semacam itu ialah: bab 1 (bagian besar); Yos 8:30-35; 10:16-43; 11:10-20; 12; 22:1-8; 23, dan juga bab 24 yang diolah kembali oleh para penyusun. Kenyataan bahwa bab 24 yang disadur sesuai dengan semangat tradisi Ulangan dipertahankan di samping bab 23 yang terpengaruh oleh bab 24 tetapi berasal dari tangan lain, menunjukkan, bahwa kitab Yosua mengalami dua terbitan berturut-turut.
Kitab Yosua menggambarkan penaklukan negeri Kanaan seolah-olah merupakan hasil suatu aksi bersama semua suku Israel yang bergerak di bawah pimpinan Yosua. Tetapi ceritera yang termaktub dalam kitab Hakim-hakim, 1, memberi gambaran yang lain sekali. Menurut gambaran ini, masing-masing suku berjuang untuk merebut wilayahnya sendiri dan usahanya kerap kali gagal juga. Ceritera kitab Hakim-hakim itu merupakan suatu tradisi yang berasal dari sukul Yehuda. Beberapa unsur dari tradisi itu juga menyusup ke dalam bagian geografis kitab Yosua, Yos 13:1-6; 14:6-15; 15:13-19; 17:12-18. Gerakan kitab Hakim -hakin mengenai penaklukan negeri Kanaan bagian demi bagian dan tidak menyeluruh lebih mendekati kenyataan historis sebagaimana dapat didugai. Pendudukan bagian selatan Palestina terutama dilakukan oleh beberapa kelompok orang Israel yang berpangkal di Kadesy dan daerah Negeb dan yang tahap demi tahap menggabungkan diri dengan suku yehuda, yakni: orang-orang Kaleb, orang-orang Kenas, dll, serta suku Simeon. Bagian tengah negeri Palestina diduduki oleh beberapa kelompok yang menyeberangi sungai Yordan di bawah pimpinan Yosua, yaitu bagian-bagian dari suku Efraim-Menasye dan Benyamin. Penduduk bagian utara negeri mempunyai sejarahnya sendiri. Sejak dahulu kala, entahlah kapan, suku-suku Zebulon, Isakhar, Asyer dan Naftali menetap di situ dan suku-suku itu tidak pernah turut pindah ke Mesir. Suku-suku tsb di Sikhem memeluk kepercayaan kepada Yahwe yang telah dibawa masuk oleh kelompok-kelompok yang dipimpin Yosua. Suku-suku itu merebut wilayah yang tetap dengan memerangi orang-orang Kanaan yang telah memperbudak mereka atau mengancamnya. Di masing-masing wilayah pendudukan melaksanakan baik dengan jalan perjuangan maupun melalui informasi secara damai ataupun melalui persekutuan dengan penduduk negeri yang asli. Peranan Yosua dalam menduduki bagian tengah negeri mulai dengan penyeberangan sungai Yordan sampai dengan persekutuan di Sikhem perlu diterima sebagai kenyataan historis.
Mengingat waktunya keluaran suku-suku Israel dari Mesir (lih. Pengantar Pentateukh) dapatlah disimpulkan urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu sbb: Di sekitar thn. 1250 seb Mas sejumlah kelompok orang-orang Israel memasuki bagian selatan negeri Kanaan. Kelompok suku yang lain di bawah pimpinan Yosua menduduki bagian tengah negeri dengan menyeberangi sungai Yordan sekitar thn. 1225. Di sekitar thn. 1200 suku-suku di bagian utara negeri merambat.
Sejarah direbutnya negeri Kanaan oleh suku-suku Israel memang serba majemuk dan berbelit-belit. Sebagaimana sejarah itu direkonstruksikan di muka hanya berupa hipotesa. Kitab Yosua menyajikan suatu gambaran yang mengidealisasikan dan menyederhanakan duduknya perkara. Menurut gambaran idiil tsb. maka epos keluaran Israel dari Mesir masih berlangsung terus dalam penaklukan negeri Kanaan: kini Allah masih juga secara ajaib turun tangan guna membantu umatNya. Gambaran yang disajikan Yosua menyederhanakan sejarah yang sebenarnya oleh karena semua kejadian berpusatkan diri pribadi Yosua. Dialah yang memimpin peperangan-peperangan keluarga Yusuf, 1-12, dan dialah yang membagi-bagikan negeri yang direbutnya kepada suku-suku Israel, 13-21, meskipun pembagian it sesungguhnya tidak terlaksana sekali jadi atau oleh Yosua. Kitab diakhiri dengan wejangan-wejangan perpisahan dan ceritera tentang kematian Yosua, Yos 23; 24:29-31. Jadi dari permulaan sampai akhir Yosualah yang menguasai jalannya peristiwa-peristiwa. Dialah benar-benar tokoh utama dalam seluruh kitabnya.
Para bapa Gereja mengartikan diri pribadi Yosua sebagai pralambang Yesus. Tidak hanya nama mereka sama. Yosua-Yesus, artinya: penyelamat. Tetapi penyeberangan sungai Yordan dan masuknya ke dalam Tanah yang dijanjikan juga diartikan sebagai pralambang baptisan dalam nama Yesus yang mengantarkan umatNya menghadapi Allah. Direbutnya negeri Kanaan dan pembagian wilayahnya menjadi pralambang kemenangan-kemenangan dan perambatan Gereja Kristus.
Dalam rangka pandangan Perjanjian Lama sendiri, maka justru Tanah Kanaan itulah yang menjadi pokok inti kitab Yosua. Bangsa Israel sudah menemukan Allahnya di padang gurun. Kini bangsa itu juga menerima negerinya sendiri dan memang diterimanya dari Allahnya. Tentu saja Yahwelah yang berjuang bagi bangsa Israel, Yos 23:3-10; 24:11-12, dan Dialah yang mewariskan kepada umatNya tanah yang telah dijanjikan kepada para bapa leluhur, Yos 23:5,14.
Kitab Hakim-hakim mencakup tiga bagian yang tidak sama panjangnya: a) Pendahuluan, Hak 1:1-2:5, b) Bagian inti kitab, Hak 2:6-16:31, c) Dua bagian tambahan berupa laporan mengenai suku Dan yang pindah tempat kediaman dan mendirikan kuilnya di Daniel Hak 17-18, dan laporan mengenai perang melawan suku Benyamin sebagai hukuman atas kejahatan yang mereka lakukan di Gibea, Hak 19-21.
Pendahuluan yang sekarang terdapat dalam kitab Hakim-hakim, Hak 1:1-2:5, aslinya tidak termasuk ke dalamnya. Dalam uraian mengenai kitab Yosua sudah dikatakan, bahwa bagian kitab Hakim-hakim ini menyajikan suatu gambaran lain tentang penaklukan negeri Kanaan yang ditinjau dari segi suku Yehuda. Tersisipnya gambaran itu kedalam kitab hakim-hakim menyebabkan, bahwa keterangan mengenai kematian dan pemakanan Yosua yang diberikan dalam Yos 24:29-31 terulang dalam Hak 2:6-10.
Riwayat masing-masing hakim diberitakan dalam bagian inti kitab, Hak 2:6- 16:31. Dewasa ini sudah lazim disebutkan enam "Hakim besar", yakni Otniel, Ehud, Barak (dan Debora), Gideon, Yefta dan Simson. riwayat hakim-hakim ini lebih kurang terperinci disajikan. Di sampai itu disebutkan enam "Hakim kecil", yaitu Samgar, Hak 3:31, Tola dan Yair, Hak 10:1-15, Ebzan, Elon dan Abdon, Hak 12:8-15. Tokoh-tokoh ini hanya disinggung sepintas lalu saja. tetapi pembedaan antara Hakim besar dan Hakim kecil itu tidak terdapat dalam kitab itu sendiri. Memang perbedaan antara kedua kelompok hakim-hakim itu sangat mendalam. Gelar umum "hakim" yang diberikan kepada mereka semua dikarenakan susunan kitab Hakim-hakim melulu, yang mempersatukan berbagai-bagai unsur yang aslinya sama sekali berbeda satu sama lain. Hakim-hakim besar ialah pahlawan-pahlawan yang bertindak sebagai pembebas. Asal, watak dan kegiatan-kegiatan mereka tentau saja sangat berbeda-beda. Namun dalam satu hal mereka saling menyerupai, oleh karena mereka semua menerima karunia khusus, sebuah karisma: secara istimewa mereka dipilih oleh Allah dan diberi tugas penyelamatan. Mula-mula riwayat mereka diceritakan secara lisan dan dengan berbagai-bagai cara, sementara juga macam- macam unsur ditambahkan. Akhirnya riwayat-riwayat-riwayat itu dikumpulkan dalam sebuah kitab yang boleh diberi judul: "Kitab para pembebas Israel". Kitab itu disusun dalam kerajaan Utara, Israel, pada bagian awal zaman para raja. Kitab itu memuat riwayat Ehud, Barak serta Debora (ceritera ini barangkali sudah terpengaruh oleh ceritera yang terdapat dalam Hak 11) mengenai Yabin dari pemerintahan raja Abimelekh di Sikhem, dan riwayat Yefta yang kepadanya ditambahkan kisah mengenai anak perempuan. Ke dalam kumpulan riwayat-riwayat itu dimasukkan juga dua potongan puisi, yakni Nyanyian Debora, Hak 5, yang mengulangi ceritera yang tercantum dalam bab 4, dan sebuah pembelaan diri yang diucapkan Yotam, Hak 9:7-15, yang bernada melawan jabatan raja yang direbut Abimelekh. Dalam kitab yang disusun itu para pahlawan dari beberapa suku diangkat menjadi pahlawan nasional yang melakukan peperangan-peperangan yahwe guna seluruh Israel. Sebaliknya, catatan-ctatan mengenai hakim-hakim kecil, yaitu Tola, Yair, Ebzan, Elon dan Abdon, berasal dari tradisi lain. Mereka tidak terlibat dalam suatu aksi pembebasan dan penyelamatan. Hanya diberi beberapa keterangan mengenai asal, keluarga dan tempat makam mereka; tentang mereka dikatakan bahwa "menghakimi Israel" selama jangka waktu tertentu yang dapat berbeda-beda. Menurut arti kata "syafat" (menghakimi) dalam bahasa-bahasa Semit Barat yang berdekatan dengan bahasa Ibrani, yaitu dalam bahsa Mari (abad 18 seb. Mas.), dalam bahasa Ugarit (abad 13 seb. Mas.) dan dalam bahasa Fenisia serta Punika di zaman Yunani-Romawi ("suffet" dari kota Kartago), maka para "hakim" tidak hanya menegakkan hukum dan keadilan, tetapi juga memerintah. Kewibawaan mereka tidak meliputi lebih dari kota atau wilayahnya sendiri. "Hakim" merupakan sebuah lembaga kenegaraan di tengah antara kepada suku dan raja. Para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan tentu saja mempunyai keteranga- keterangan tepat mengenai "hakim-hakim" (kecil) itu. Tetapi mereka memperluas kewibawaan mereka sampai merangkum seluruh Israel, lalu mengurutkan mereka secara kronologis. Gelar mereka, yakni "hakim", dialihkan kepada para pahlawan yang riwayatnya ditemukan dalam "Kitab para pembebas Israel"yang disebut di muka, sehingga merekapun menjadi "hakim-hakim Israel". Adapun Yefta berperan sebagai tali penghubung antara dua macam hakim itu: ia adalah baik pembebas maupun hakim. Tentang Yefta para penyusun Hak mempunyai dan memberi keterangan yang sama, Hak 11:1-2; 12:7, seperti tentang "hakim-hakim kecil", tetapi keterangan-keterangan itu merangkakan riwayat Yefta sebagai pembebas. Dalam kitab Hakim-hakim, Hak 13-16, terjumpa pula seorang tokoh yang mula-mula tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan hakim-hakim besar atau hakim-hakim kecil. Tokoh itu ialah Simson, seorang pahlawan suku Dan yang berjuang seorang diri dan bukan hakim dan bukan pembebas. Tindakan-tindakan hebat tokoh itu dalam melawan orang-orang Filistin aslinya diceritakan di kalangan suku Yehuda. Tetapi dalam kitab Hakim-hakim Simsinpun dijadikan "hakim Israel". Pada daftar hakim-hakim itu masih ditambahkan Otniel, Hak 3:7-11, yang kiranya harus disangkutkan dengan zaman perebutan negeri Kanaan, bdk Yos 14:16-19; hak 1:12-15, dan pula Samgar, Hak 3:31, yang bahkan bukan orang Israel, bdk Hak 5:6. Dengan demikian diperoleh jumlah dua belas hakim Israel. Memang angka dua belas melambangkan Israel (dua belas suku). Justru para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan memberikan kepada kitab itu rangka kronologisnya. Dengan mempertahankan keterangan-keterangan asli mengenai "hakim-hakim kecil" para penyusun membubuhi kisahnya dengan beberapa angka lambang yang lazim, yakni angka 40 yang genap satu angkatan, atau angka 80 (2x40) dan 20 (=40-20). Dengan demikian diperoleh suatu angka yang bersama dengan keterangan-keterangan lain yang tercantum dalam Kitab Suci menghasilkan 480 thn, yang menurut sejarah Ulangan berlangsung antara keluarnya bangsa Israel dari negeri Mesir sampai dibangunnya Bait Allah oelh raja Salomo, 1Rj 6:1. Dalam rangka itu riwayat- riwayat para hakim mengisi masa antara kematian Yosua dan permulaan kegiatan Saul dengan tidak membiarkan kekosongan.
Para penyusun kitab Hakim-hakim yang berhaluan tradisi Ulangan terutama memberi kitab itu makna keagamaannya. Makna itu terungkap baik dalam kata pendahuluan umum, Hak 2:6-3:6, maupun dalam kata pengantar khusus bagi riwayat Yefta, Hak 10:6-16, dan lagi dalam beberapa keterangan tambahan yang oleh para penyusun disebarkan dalam riwayat Otniel (sebagaiman disusun oleh tradisi Ulangan) dan keterangan merangkakan riwayat-riwayat lain. Tema pokok yang terungkap dalam keterangan-keterangan itu ialah: Orang-orang Israel menjadi tidak setia kepada Allahnya; Yahwe lalu menyerahkan mereka kepada penindas- penindas. Setelah orang-orang Israel berbalik dan berseru kepada Yahwe, Ia mengutus seorang penyelamat, yaitu seorang hakim, yang membebaskan mereka. Hanya orang-orang Israel murtad kembali, lalu terulanglah sejarah yang sama.
Kitab Hakim-hakim yang terbentuk dalam tradisi Ulangan itu sekurang-kurangnya mengalami dua terbitan. Bukti-bukti yang paling jelas ialah: Dalam kata pendahuluan, Hak 2:1-3:6, ada dua bagian yang mengulang satu sama lain, Hak 2:11-19 dan Hak 2:6-10 + Hak 2:20-3:6; dalam riwayat Simson ada dua penutup, Hak 15:10 dan Hak 16:30, yang menunjuk bahwa bab 16 berupa tambahan.
Kitab Hakim-hakim seperti disusun oleh tradisi Ulangan itu belum juga memuat bab 17-21. Dalam tambahan-tambahan itu tidak dikisahkan riwayat seorang "hakim", tetapi disajikan beberapa peristiwa yang terjadi sebelum kerajaan terbentuk. Dan justru karena itulah ceritera-ceritera tsb tentu saja sangat kuno dan sudah lama beredar, entah dalam bentuk sastra entah dalam bentuk prasastra, sebelum di masukkan ke dalam Hakim-hakim. Bab 17-18 berasal dari tradisi suku Dan dan mengenai pindahnya suku itu dan dibangunnya tempat suci Dan. Hanya kemudian tradisi itu disadur sehingga mendapat nada pengecam. bab 19-21 sesungguhnya menggabungkan dua tradisi mengenai tempat suci di Mizpa dan Betel, lalu dikaitkan pada seluruh Israel. Boleh jadi tradisi-tradisi itu berasal dari kalangan suku Benyamin, tetapi kemudian di kalangan suku Yehuda tradisi-tradisi itu dirubah sedemikian rupa sehingga melawan pemerintahan raja Saul di Gibea.
Kitab Hakim-hakim hampir saja merupakan satu-satunya sumber pengetahuan kita mengenai zaman para hakim. Hanya berdasarkan kitab itu orang tidak dapat menyusun sebuah sejarah yang sebenarnya. Urutan peristiwa-peristiwa dibuat-buat saja, seperti sudah dikatakan di muka. Peristiwa-peristiwa yang barangkali bertepatan waktunya disusun secara berurutan. Dan ini boleh dikatakan oleh karena baik penindasan-penindasan yang dialami maupun pembebasan aslinya hanya menyangkut wilayah (suku) tertentu saja. Kecuali itu zaman para hakim tidak berlangsung lebih lama dari pada satu setengah abad.
Peristiwa-peristiwa utama yang tercatat dan dalam kitab Hakim-hakim diabadikan bagi kita, hanya dapat diterka-terka saja waktunya dalam rangka zaman itu secara menyeluruh. Kemenangan di Taanakh yang diperoleh Debora dan barak, Hak 4-5, boleh dirtanggalkan pada tertengahan abad 12 seb. Mas., dan peristiwa itu terjadi sebelum penyerbuan suku Midian (Gideon) dan ekspansi orang-orang Filistin keluar wilayahnya sendiri (Simson). Teruta,a menjadi nyata, bahwa di zaman yang kacau itu, orang-orang Israel tidak hanya berperang dengan orang- orang Kanaan, penduduk asli negeri seperti terjadi di daratan Yizreel tempat orang-orang Kanaan dikalahkan Debora dan Barak, tetapi juga harus menghadapi bangsa-bangsa tetangga, yaitu Moab (Ehud), Amon (Yefta), Midian (Gideon) dan bangsa Filistin yang baru-baru saja tampil dipanggung sejarah Palestina (Simson). Dalam situasi yang berbahaya itu masing-masing kelompok orang Israel mempertahankan wilayahnya sendiri. Tetapi terjadi juga bahwa beberapa kelompok tetangga membentuk suatu persekutuan, Hak 7:23, atau sebaliknya bahwa salah satu suku yang kuat membangkang oleh karena, misalnya, tidak diikut sertakan dalam pembagian barang rampasan, Hak 8:1-3; 12:1-6. Nyanyian Debora, Hak 5 mengecam suku-suku yang tidak menanggapi seruan minta tolong. Apa yang dalam nyanyian itu paling menarik ialah tidak disebutkannya suku Yehuda dan Simeon.
Memang kedua suku itu bertempat tinggal di bagian selatan negeri. Wilayah mereka terpisah dari suku-suku lain oleh kota-kota yang penduduknya bukan orang Israel, yaitu Gezer, Gibeon dan Yerusalem, Isolasi suku-suku itu menanam bibit perpecahan di Israel seperti yang terjadi di kemudian hari (sesudah masa Salomo). Sebaliknya kemenangan di Taanakh yang memberi Israel dataran Yizreel mempersatukan suku Yusuf (Efraim dan Manasye) dengan suku-suku di bagian utara negeri. Sementara itu persatuan dundamentil antara suku-suku Israel yang terpisah yang terpisah satu sama lain itu terjamin oleh kepercayaan bersama kepada Yahwe. Memang semua hakim dengan teguh menganut agama Yahwe yang sama dan tempat suci di Silo, di mana tersimpan Tabut yang suci, menjadi pusat pertemuan semua kelompok di Israel. Kecuali itu, peperangan-peperangan tsb menempa semangat kebangsaan dan mempersiapkan saat pemersatuan semua orang Israel di bawah pimpinan Samuel, dengan melawan musuh bersama, menanggulangi bahaya yang mengancam seluruh bangsa.
Kitab Hakim-hakim mengajar orang-orang Israel di kemudian hari, bahwa penindasan-penindasan oleh bangsa-bangsa lain merupajan hukuman atas kedurhakaann Israel, sedangkan kemenangan merupakan akibat berbaliknya mereka kepada Yahwe. Kitab Bin Sirakh memuji para hakim oleh karena setia, Sir 46:11-12. Dan surat kepada orang-orang Ibrani mengartikan keberhasilan para hakim sebagai ganjaran bagi kepercayaan mereka. Memang para hakim termasuk "banyak skasi" yang mendorong umat Kristen untuk menanggalkan semua beban dosa dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan bagi mereka, Ibr 11;32-34; 12:1.
Kitab Rut yang kecil oleh terjemahan Yunani (Septuaginta), terjemahan Latin (Vulgata) dan terjemahan-terjemahan modern ditempatkan sesudah kitab Hakim- hakim. Sebaliknya, dalam Kitab Suci Ibrani kitab Rut ditempatkan dalam bagian ketiga Alkitab, yakni di tengah-tengah Hagiographa (Kethubim) sebagai salah satu dari "Kelima Gulungan" (Megillot), yang dibacakan pada hari-hari raya Yahudi. Kitab Rut dibacakan pada hari raya Pentakosta. Walaupun pokok isinya menghubungkan kitab Rut dengan zaman para hakim, bdk Rut 1:1, namun kitab ini tidak dituliskan atau diolah oleh tradisi Ulangan yang menyusun da menyadur kitab Yosua, Hakim, Samuel dan Raja-raja.
Kitab Rut menyajikan kisah Rut. dia itu seorang perempuan Moab. Setelah suaminya, seorang Betlehem yang mengungsi ke negeri Moab, meninggal, maka Rut bersama dengan ibu mertuanya yang bernama Naomi, kembali ke negeri Yehuda. Di sana Rut dikawini oleh Boas, seorang sanak saudara suami Rut, sesuai dengan hukum Levirat. Dari perkawinan itu lahirlah Obed, nenek raja Daud. Tambahan Rut 4:18-22 menyajikan silsilah Daud yang sejalan dengan silsilah yang termaktub dalam 1Taw 2:5-15.
Mengenai tanggal dituliskannya kitab Rut ada perbedaan pendapat. Segala macam kemungkinan sudah dikemukakan, mulai dengan zaman raja Daud dan Salomo sampai dengan zaman Nehemia. Ada berbagai pertimbangan untuk menanggalkan kitab itu di zaman belakangan, seperti tempat kitab itu dalam Alkitab Ibrani, bahasanya, adat-istiadat yang disinggung dalam kitab itu, ajaran yang terkandung di dalamnya, dll. Tetapi pertimbangan-pertimbangan itu tidak sampai memberi kepastian. Adalah mungkin, bahwa kitab kecil ini, dengan kecualikan ayat-ayat terakhir, dikarang di zaman para raja.
Kitab Rut adalah sebuah karangan yang mau membina. Adapun ajaran yang terkandung di dalamnya adalah sbb: Maksud utamanya ialah memperlihatkan, bahwa kepercayaan penuh harapan kepada Yahwe tentu saja mendapat ganjarannya; belas- kasihan Allah merangkum juga seorang yang bukan orang Yahudi, Rut 2:12. Justru kepercayaan kepada Penyelenggaraan Ilahi serta semangat universalisnya menjadikan kitab itu tetap berharga dan tahan waktu. Lagi kenyataan, bahwa Rut diperkenalkan sebagai nenek Daud memberi kitab Rut nilai yang khas. Matius memang mencantumkan nama Rut dalam silsilah Yesus, Mat 1:5.
Kitab-kitab Samuel dalam Alkitab Ibrani hanya satu kitab saja. Pembagian atas dua kitab berasal dari terjemahan Yunani, Septuaginta, yang juga mempersatukan kitab-kitab Samuel dan kitab-kitab Raja-raja di bawah judul yang sama, yakni: Keempat kitab Kerajaan. Terjemahan Latin Vulgata, menyebutnya: Keempat kitab Raja-raja. Kitab Samuel adalah Alkitab Ibrani sama dengan kitab Kerajaan/Raja-raja yang pertama dan yang kedua. Adapun nama "Samuel" berasal dari tradisi Yahudi yang menganggap Samuel sebagai penyusun kitab itu.
Teks kitab Samuel termasuk ke dalam teks-teks Perjanjian Lama yang paling rusak. Terjemahan Yunani, Septuaginta, kerap kali menyajikan suatu teks yang cukup berlainan. Teks Septuaginta itu berlatar-belakang suatu teks Ibrani (yang diterjemahkan Septuaginta), yang berbeda dengan yang terdapat dalam terbitan Alkitab Ibrani sekarang (teks para Masoret). Kepingan-kepingan dari teks Ibrani yang berbeda itu ditemukan kembali dalam naskah-naskah dari gua-gua di Qumran. Tidak dapat diragukan, bahwa dahulu ada beberapa resensi teks Ibrani kitab Samuel.
Dalam kitab Samuel dapat dibedakan lima bagian: a) Kisah Samuel, 1Sam 1-7; b) Kisah Samuel dan Saul, 1Sam 8-15; c) Kisah Saul dan Daud, 1Sam 16-2 Sam 1; d) Kisah Daud, 2Sam 2-20; e) beberapa tambahan, 2Sam 21-24.
Kitab Samuel menggabungkan dan menyejajarkan beberapa sumber dan tradisi yang berbeda-beda mengenai permulaan zaman para raja. Misalnya: ada sebuah cerita tentang tabut Perjanjian yang dirampas oleh orang-orang Filistin, 1Sam 4-6; dalam ceritera ini nama Samuel tida sampai disebut-sebut; ceritera itu dilanjutkan dalam 2Sam 6. Ceritera tentang Tabut Perjanjian itu disisipkan antara kisah mengenai masa muda Samuel, 1Sam 1-3, dan ceritera yang menampilkan Samuel sebagai hakim terakhir yang mengantisipasikan pembebasan Israel dari tekanan dari pihak orang-orang Filistin, 1Sam7. Samuel memainkan peranan utama dalam kisah mengenai terbentuknya pemerintahan berupa kerajaan di Israel, 1Sam 8-12. Sejak dahulu kala orang membedakan dalam kisah itu dua macam tradisi. Tradisi yang satu terdapat dalam Sam 9; 10:1-16; 11, dan tradisi kedua ditemukan dalam Sam 8; 10:17-24; 12. Tradisi pertama disebut "Versi Monarkis", karena mendukung terbentuknya kerajaan, tradisi kedua disebut "Versi Antimonarki", oleh karena melawan kerajaan. Tradisi kedua ini dikatakan berasal dari zaman kemudian. tetapi sebenarnya tradisi itu dua-duanya kuno dan hanya mewakili pendapat-pendapat yang berlainan. Selebihnya tradisi kedua tidak anti monarki seperti kerap dikatakan. Sebab pada pokoknya tradisi itu hanya tidak menyetujui, bahwa raja tidak menghiraukan hukum-hukum dan hak-hak Allah. Dalam Sam 13-14 diceritakan mengenai peperangan-peperangan yang diadakan Saul melawan orang-orang Filistin. Di dalam kisah itu juga tercantum ceritera pertama tentang Saul yang sebagai raja ditolak, Sam 13:7b-15a. Ceritera kedua mengenai penolakan ituterdapat dalam bab 15, berhubungan dengan perang melawan orang- orang Amalek. Penolakan Saul sebagai raja itu mempersiapkan pengurapan Daud menjadi raja oleh Samuel, sebagaimana diceritakan dalam Sam 16:1-13. Dalam 1Sam 16:14- 2Sam 1 terkumpul beberapa tradisi sejalan mengenai tampilnya Daud serta perselisihan-perselisihannya dengan Saul. Tradisi-tradisi itu agaknya lebih kurang sama usianya. Akhir kisah tentang tampilnya Daud itu disajikan dalam 2Sam 2-5; Daud menjadi raja di Hebron, mengadakan perang dengan orang- orang Filistin dan merebut Yerusalem. Semuanya itu meletakkan dasar bagi diurapinya Daud menjadi raja seluruh Israel, 2Sam 5:12, 2Sam 6 menyambung ceritera mengenai Tabut Perjanjian. Nubuat Natan yang disajikan dalam 2Sam 7 berasal dari tradisi kuno, tetapi jelaskan tradisi itu mengalami saduran. 2Sam 8 berupa sebuah ringkasan yang berasal dar tangan penyusun kitab Samuel sendiri. Mulai dengan 2Sam 9 tercantum sebuah kisah panjang yang terputus dalam 2Sam 20:26, lalu dilanjutkan dalam 1Raj 1-2. Kisah yang panjang itu mengenai keluarga Daud dan perebutan takhta kerajaan menjelang akhir hidup Daud. Kisah itu ditulis oleh seseorang yang dengan mata kepala sendiri menyaksikan peristiwa-peristiwa itu. Penulisannya boleh ditanggalkan di pertengahan pertama masa pemerintahan raja Salomo, 2Sam 21-24, yang memutuskan kisah mengenai keluarga Daud itu, merupakan sekumpulan ceritera tentang pemerintahan Daud. Ceritera-ceritera itu berasal dari macam-macam sumber.
Tidak hanya ceritera panjang mengenai keluarga Daud, 2Sam 9:1-20:26 + 1Raj 1:1-2:46, tetapi juga bagian-bagian lain kitab Samuel boleh jadi sudah terbentuk selama abad-abad pertama zaman para raja, khususnya sekumpulan ceritera mengenai Samuel dan dua kisah tentang Saul dan Daud. Mungkin kelompok-kelompok itu sudah dipersatukan sekitar thn 700 seb. Mas. Akan tetapi kitab Samuel baru mendapat bentuknya yang terakhir waktu menjadi bagian dari karya sejarah besar yang digubah sesuai dengan semangat tradisi Ulangan, sebagaimana di muka diuraikan. hanya perlu diperhatikan, bahwa pengaruh tradisi Ulangan atas kitab Samuel jauh lebih kecil dari pada pengaruhnya atas kitab Hakim-hakim dan kitab Raja-raja. Pengaruh tradisi Ulangan itu khususnya terasa dalam 1Sam 2:22-36; 7 dan 12, dan barangkali juga dalam saduran yang dialami nubuat Natan, 2Sam 7. Tetapi kisah panjang dalam 2Sam 9-20 hampir secara murni dan utuh terpelihara.
Kitab Samuel meliputi masa yang bermula pada awal zaman raja-raja Israel dan berlangsung sampai akhir pemerintahan raja Daud. Orang-orang Filistin mulai menyerbu - pertempuran di Afek, 1Sam 4, yang terjadi di sekitar thn 1050 seb. Mas. - dan membahayakan eksistensi Israel. Bahaya itu memaksakan kepada suku- suku Israel suatu pemerintahan yang berupa kerajaan. Kira-kira pada thn. 1030 Saul tampil kedepan sebagai penerus para hakim dahulu. Tetapi oleh karena diterima oleh semua suku, maka kekuasaan Saul menjadi umum dan tetap. Demikian lahirlah kerajaan. Mulailah perang untuk membebaskan Israel. Orang-orang Filistin berhasil dihalaukan dari wilayah Israel, 1Sam 14. Selanjutnya pertempuran-pertempuran hanya terjadi di perbatasan wilayah Israel, 1Sam 17 (Lembah Tarbantin), 1Sam 28 dan 31 (di Gilboa). Pertempuran terakhir ini menjadi bencana bagi Israel. Saul gugur di dalamnya di sekitar thn 1010. Kembali kesatuan bangsa terancam. Sebab suku Yehuda mengurapi Daud menjadi raja, sedangkan suku-suku di bagian utara negeri melawan Daud dan menganut putera Saul, Isyboset (Isybaal) yang terpaksa melarikan diri ke daerah di seberang sungai Yordan. Setelah Isyboset mati terbunuh, muncullah kembali kemungkinan, bahwa seluruh bangsa bersatu lagi. Maka Daud diterima sebagai raja atas seluruh Israel, 2Sam 1-5:3.
Selanjutnya kitab Samuel secara singkat menguraikan keberhasilan politik pemerintahan Daud. Hasil itu memang cukup gemilang. Secara definitip orang-orang Filistin dihalaukan dari wilayah Israel; pusat-pusat kecil penduduk asli yang masih tersisa dilenyapkan, sehingga Israel sungguh-sungguh memiliki seluruh wilayahnya. Yang paling penting di bidang ini ialah direbutnya kota Yerusalem dari orang-orang Yebus. Kota itu dijadikan ibu kota negara dan agama bagi seluruh Israel. Daerah di seberang sungai Yordan ditaklukkan seluruhnya dan Daud bahkan berhasil memaksakan pengawasannya kepada orang-orang Aram di Siria Selatan. namun demikian, ketika Daud sekitar thn 970 seb. Mas. mangkat, kesatuan nasional Israel belum juga sungguh-sungguh terwujud. Daud memang menjadi raja atas Isarel dan Yehuda, tetapi kedua bagian negaranya itu kerap kali berlawanan satu sama lain. Suku-suku di bagian utara mendukung pemberontakan Absalom; Seba, orang suku Benyamin, berusaha mengorbankan pemberontakan dengan seruan: "Masing- masing ke kemahnya, hai orang Israel,"2Sam 20:1. Bibit perpecahan sudah tertanam.
Kitab Samuel menyampaikan suatu pesan keagamaan. Diberikan olehnya mana syarat-syarat dan mana kesulitan-kesulitan dalam mewujudkan pemerintahan Allah di bumi. Keadaan ideal untuk perwujudan pemerintahan Allah itu hanya tercapai di masa pemerintahan Daud saja. memang masa Daud didahului zaman Saul yang jatuh, dan disusun kerusakan yang disebabkan ketidak-setiaan para raja, pengganti Daud, baik di bagian utara maupun di bagian selatan negeri. Dan sejarah ketidak- setiaan itu akan berakhir dengan hukuman Allah dan kemusnahan bangsa Israel. Sejak nubuat nabi Natan pengharapan akan Mesias kelak bertumpu pada janji-janji yang diberikan kepada wangsa Daud. Sampai tiga kali Perjanjian Baru menyebutkan janji-janji itu, Kis 2:30; 2Kor 6:18; Ibr 1:5. Yesus adalah keturunan Daud. Oleh rakyat Ia diberi gelar "Anak Daud" dan gelar itu ialah suatu sebutan bagi Mesias. Para bapa Gereja melihat suatu persamaan antara kehidupan Daud dan kehidupan Yesus: Kristus juga dipilih untuk menyelamatkan segala manusia dan menjadi raja atas umat Allah yang rohani. Tetapi Iapun dianiaya oleh bangsaNya sendiri.
Sebagaimana halnya dengan kitab-kitab Samuel, demikianpun Kitab-kitab Raja- raja mula-mulanya merupakan satu kitab saja. Dalam terjemahan Yunani, Septuaginta, disebut kitab 3/4 Kerajaan, dan dalam terjemahan Latin, Vulgata, berjudul: Kitab 3/4 Raja-raja.
Tempat kitab itu dalam daftar kitab-kitab suci tepat sesudah kitab Samuel. Bahkan 1Raj 1-2 mengakhiri kisah panjang yang tercantum dalam 2Sam 9-20. Menyusullah kisah panjang mengenai pemerinthan Salomo, 1Raj 3-11, yang menampilkan hikmatnya yang luar biasa, semarak bangunan-bangunannya, teristimewanya Bait Allah di Yerusalem, dan lagi kekayaan Salomo yang melimpah- limpah. Sudah barang tentu zaman raja Salomo adalah zaman kejayaan. Tetapi justru di zaman itupun hilanglah semangat berjuang yang merupakan ciri khas pemerintahan Daud. Ciri khas masa pemerintahan Salomo ialah : mengatur, memelihara dan memanfaatkan apa yang dimulai oleh Daud. Ketegangan dan pertentangan antara kedua bagian kerajaan Daud di masa Salomo tetap ada, bahkan pada tahun mangkatnya raja Salomo, thn 931 seb. Mas., terpecahlah negara kesatuan. Sepuluh suku di bagian utara memisahkan diri dan pemisahan itu menjadi parah oleh karena merupakan perpecahan di bidang agama pula, 1Raj 12-13. Selanjutnya sejarah kedua kerajaan, yakni kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda, sejalan dan dikisahkan dalam 1Raj 14-2Raj 17. Sejarah itu kerap kali terdiri atas peperangan antara kedua kerajaan bersaudara itu dan berbagai serangan dan penyerbuan dari luar, yaitu dari pihak Mesir terhadap kerajaan Yehuda dan dari pihak negeri Aram terhadap kerajaan Israel. Bahaya meningkat waktu tentara kerajaan Asyur mulai menyerbu ke jurusan barat, terutama selama abad ke-9, lalu bahaya memuncak selama abad ke-8 sampai Samaria, ibu kota kerajaan utara, direbut dan dimusnahkan dalam thn 721 seb. Mas. Kerajaan Yehuda sebelumnya sudah menaklukkan diri kepada Asyur, Kerajaan Yehuda masih melanjutkan sejarahnya sampai Yerusalem direbut dalam thn 587. Sejarah itu tercantum dalam 2 Raj 18- 25:21. Di situ khususnya diceritakan masa pemerintahan raja Hizkia, 2Raj 18- 20, dan raja Yosia, 2Raj 22-23. Kedua pemerintahan itu merupakan masa kebangkitan semangat kebangsaan dan pembaharuan agama. Peristiwa-peristiwa politik yang paling penting di zaman itu ialah:serangan raja Asyur, Sanherib, selama pemerintahan raja Hizkia, yakni dalam thn 701. Dengan penyerbuan itu Sanherib membalas tindakan Hizkia yang tidak membayar lagi upeti kepada raja Asyur. Peristiwa penting yang kedua ialah: di masa pemerintahan Yosia kerajaan Asyur mengakhiri riwayatnya dan diganti dengan kerajaan Kasdim atau Babel (baru). Raja Yehuda terpaksa menaklukkan diri kepada kuasa yang baru di kawasan timur itu. Namun tidak lama kemudian raja Yoyakim memberontak. Tetapi segera jugalah datang hukumannya. Dalam thn 597 seb. Mas. tentara raja Nebukadnezar merebut kota Yerusalem dan mengangkut sebagian penduduknya sebagai tawanan masuk pembuangan, 2Raj 23:36-24:17. SEpuluh tahun kemudian raja Zedekia mencoba merebut kemerdekaan politiknya. Maka untuk kedua kalinya datanglah tentara raja Nebukadnezar. Penyerbuan itu berakhir dalam thn 587 seb. Mas., dengan dimusnahkannya kota Yerusalem dan pembuangan yang kedua, 2Raj 24:18-25:21. Kitab Raja-raja berakhir dengan dua ceritera pendek berupa tambahan, 2Raj 25:22-23.
Kitab raja-raja sendiri dengan jelas menyebut tiga sumbernya, yakni: Kisah Riwayat Salomo, 1Raj 11:41, Kitab Sejarah Raja-raja Israel, 1Raj 14:19, dll, dan Kitab Sejarah Raja-raja Yehuda, 1Raj 14:29, dll. tetapi masih ada sumber- sumber lain yang dipergunakan. di muka sudah dikatakan, bahwa 1Raj 1-2 melanjutkan kisah tentang keluarga Daud yang tercantum dalam 2Sam 9-20. 1Raj 6- 7 merupakan suatu lapiran tentang pembangunan bait Allah yang berasal dari kalangan para imam. Kisah Raja-raja khususnya memanfaatkan sebuah kisah mengenai nabi Elia yang agaknya dikarang pada akhir abad ke-9 seb. mas., dan sebuah kisah mengenai nabi Elisa yang dikarang tidak lama kemudian dari itu; Kedua kisah tsb menjadi sumber sejumlah ceritera mengenai Nabi Elias, 1Raj 17-2Raj 1, dan sejumlah ceritera tentang Nabi Elisa, 2Raj 2-13. Adapun ceritera-ceritera tentang pemerintahan raja Hizkia yang menampilkan nabi Yesaya, agaknya berasal dari kalangan murid-murid nabi itu, 2Raj 18:17-20:19.
Sejarah sumber-sumber yang dimanfaatkan mengizinkan kisah-kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam kitab Raja-raja diberi rangka yang sama:masa pemerintahan masing-masing raja diceriterakan sendiri-sendiri dan secara lengkap dan awal serta akhir masing-masing ceritera dirumuskan dengan ungkapan-ungkapan yang hampir sama. Di dalamnya terungkap penilaian keagamaan terhadap tingkah laku raja yang bersangkutan. Semua raja kerajaan di utara dikutuk. Sebab pemerintahan mereka semua dinodai oleh semacam "dosa asal", yaitu pembangunan bait suci di Betel oleh raja Israel yang pertama. Dari raja-raja Yehuda hanya delapan saja yang dipuji oleh karena setia kepada penetapan- penetapan Yahwe. Tetapi sampai enam kali pujian itu diperlemah dengan catatan, bahwa "bukti-bukti pengorbanan tidak dijauhkannya". Hanya raja Hizkia dan raja Yosia mendapat pujian dengantidak bersyarat.
Penilaian positip dan negatip terhadap raja-raja itu sudah barang tentu diinspirasikan oleh hukum kitab Ulangan yang menetapkan, bahwa hanya diperbolehkan satu bait Allah saja. Selebihnya, ditemukannya kitab Ulangan di masa pemerintahan raja Yosia serta pembaharuan agama yang dijiwai oleh kitab merupakan puncak seluruh sejarah sebagaimana disajikan kitab Raja-raja. Memang kitab Raja-raja justru mau membuktikan kebenaran tema pokok kitab Ulangan, seperti dengan jelas terungkap dalam 1Raj 8 dan 2Raj 17. Tema pokok itu ialah: Apabila melakukan perjanjian yang diikatnya dengan Allah, maut diberkati; sebaliknya, mana kala perjanjian itu dilanggarnya, tidak dapat tidak ia dihukum. Pengaruh tradisi Ulangan terasa setiap kali penyusun kitab Raja-raja sendiri mengembangkan sumber-sumber yang dimanfaatkan, atau memberi komentarnya.
Boleh jadi, bahwa pertama kitab Raja-raja yang disusun dalam tradisi Ulangan dikerjakan sebelum raja Yosia gugur di Megido dalam thn 609 seb Mas. Pujian yang diberikan kepada raja itu dalam 2Raj 23:25 (kata-kata terakhir harus dihilangkan) merupakan kata penutup terbitan pertama itu. terbitan kitab Raja- raja yang kedua juga berasal dari tradisi Ulangan dan agaknya dikerjakan sesudah masa pembuangan, tagasnya sesudah thn 562 seb. Mas., kalau bagian penutup yang sekarang terdapat dalam 2Raj 25:22-30 dihubungkan dengan terbitan kedua itu. apabila 2Raj 25:21 dipandang sebagai kata penutup asli terbitan yang kedua itu - dan ayat itu memang berupa kata penutup kitab - maka terbitan itu harus ditanggalkan sebelumnya sedikit. Sebab 2Raj 25:21 hanya memberitahukan pembuangan kedua dengan tidak berkata apa-apa tentang apa yang terjadi di masa pembuangan. Tetapi baik di masa pembuangan maupun sesudahnya kitab Raja-raja masih diberi beberapa tambahan.
Kitab raja-raja tentau saja harus dibaca sesaui dengan maksud para penyusunnya, yaitu sebagai sejarah penyelamatan. Sikap masa bodoh yang tidak tahu terima kasih yang menjadi sifat umat terpilih; kemusnahan yang berturut- turut dialami kedua bagian bangsa, seolah-olah menggagalkan rencana Allah. tetapi selalu ada sejumlah orang beriman yang tidak bertekuk lutut di hadapan baal., suatu sisa Sion yang setia pada perjanjian. Dan mereka itulah yang menjadi penerus rencana Allah dan menjamin masa depan. Kemantapan keputusan- keputusan ilahi terutama nyata dalam keturunan Daud yang secara mengherankan tetap tinggal dan menjadi pewaris janji-janji tentang Mesias di masa mendatang. Kitab Raja-raja dalam bentuknya yang paling akhir diakhiri dengan catatan mengenai belas-kasihan Ewil-Merodakh, raja Babel, terhadap raja Yoyakhin yang merupakan fajar masa depan yang menyingsing.
Ende: Yosua (Pendahuluan Kitab) JOSJUA
TJATATAN TENTANG SENI PENULIS SEDJARAH DALAM PERDJANDJIAN LAMA
Permulaan seri kitab2 Perdjandian Lama, jang umumnja disebut kitab2 “sedjarah...
JOSJUA
TJATATAN TENTANG SENI PENULIS SEDJARAH DALAM PERDJANDJIAN LAMA
Permulaan seri kitab2 Perdjandian Lama, jang umumnja disebut kitab2 “sedjarah” ini, kiranja sangat pada tempatnjalah didahului dengan uraian singkat tentang dalih, jang dikenakan para pengarang, ketika mereka mnjusun kitab2 mereka. Dengan mengingat asas2 jang sama pula hendaklah karja mereka dibatja, untuk dapat dipahami dan tidak disalah-tafsikan. Dalih2 mereka berlainan dengan asas2 penulis sedjarah moderen; dan apabila orang membatja kitab2 mereka dengan berlandasan dalih moderen, tidak boleh tidak orang akan sesat djalan. Peringatan ini perlu bagi si pembatja moderen, karena manusia moderen itu “history-minded” menurut asas2 moderen, dan oleh karenanja se-akan2 setjara spontan membatja Kitab Sutji dalam tjahaja asas2 tersebut.
Adapun asas pertama ialah, bahwasanja para pengarang Perdjandjian Lama itu adalah pengarang Sedjarah keigamaan, bukannja ahli ilmu sedjarah. Mereka mengutarakan kedjadian2 jang lampau demi untuk nilai dan arti keigamaannja, djuga bagi angkatan2 jang akan datang. Menurut pendapat mereka, dibelakang seluruh kedjadian itu berdirilah Allah Israil sebagai pelaku, jang memaklumkan diriNja dalam sedjarah dan memimpinnja akan keselamatan umatNja jang terpilih. Inilah jang hendak diperlihatkan dan diberitahukan para pengarang kepada pembatja2 mereka. Untuk itupun mereka diilhami Roh Kudus.
Dari asas pertama itu berikutlah asas kedua: Para pengarang, djadi djuga Roh Kudus, hendak menjadjikan sedjarah jang sungguh2, jakni tjampur tangan riil oleh Allah dalam kedjadian, jang tersembunji dalam dan dibelakang banjak faktor insani. Inilah sebabnja maka Allah seringkali tampil setjara langsung dalam Kitab Sutji, dalam penampakan2, mukdjizat2 dan sabda2 jang diutjapkanNja. Tjorak agama Jahudi *dan Kristen) mengharuskan, bahwa agama itu berdasarkan kedjadian2 jang sesungguhnja, bukannja pada chajalan. Para pengarang, jang kepadanja, sunguh2 hendak mengatakan dan membenarkan sesuatu tentang kedjadian lampau jang njata. Dan siapa jang pertjaja akan Kitab Sutji dan inspirasi haruslah menerima pembenaran ini didjamin oleh Allah sendiri.
Akan tetapi – dan ini merupakan asas ketiga – pembenaran jang terdjamin itu pada dirinja tidak berlaku lebih djauh daripada historisita asasi pemberitaan itu; dan dengan mutlaknja hanja mengenai garis besar historis keseluruhannja sadja. Dari segi keigamaan – inipun pendirian para pengarang sendiri – tidak diminta lebih banjak djuga. Hanja pembenaran fundamentil besar Kitab Sutji berkenaan dengan sedjarah sadjalah, jang harus diterima persesuaiannja dengan kedjadian jang objektif.
Demi untuk pembenaran fundamentil itulah para pengarang mengumpulkan berita2 dan bahan2 mereka dan menjusun karja mereka. Dalam usaha itu bagi mereka tidak tersedialah alat2 ilmiah ilmu sedjarah moderen, hal mana djuga sama sekali tidak perlu untuk maksud mereka. Bahannja diambil para pengarang dari sumber2 jang sangat berlainan tjoraknja, mulai dari hikajat2 rakjat samai ke arsip2 negara. Dengan itu mereka menjusun kisah mereka tanpa banjak pernjelidikan, menurut rantjangan dan maksud mereka. Hasilnja ialah gambaran murni mengenai masa lampau dalam garis2 besarnja.
Mengingat tjara kerdja ini, para pengarang dan Roh Kudus, tidak bermaksud membenarkan begitu sadja segala hal sampai perintjian2nja. Ini hanja dilakukan apabila dan sedjauh hal, itu perlu bagi pembenaran fundamentil. Pembenaran sampai perkara jang ketjil2 itu oleh karenanja djuga memungkinkan perbedaan, tingatan2 dan tjorak2. Seringkali djuga tidak mungkin lagi, untuk menentukan tingaktan pembenaran sedemikian itu sampai perkara jang ketjil2. Namun demikian, orang tidak boleh mengatakan begitu sadja, bahwa mereka tidak lain dan tidak bukan mau membenarkan garis besarnja dan bahwa perkara jang ketjil2 itu tidak pernaj mendjai bahan pembenaran. Ini sama tidak tepatnja dengan menjatakan, bahwa mereka selalu membenarkan segala berita mereka.
Dari asas tersebut diatas dapatlah ditarik keismpulan, bahwa para ahli mendapat kebebasan penjelidikan jang amat besar berkenaan dengan bagian2 ketjil dan hal2 chusus dari sedjarah perdjandjian lama itu. Historisitanja jang terperintji dapat dan harus ditentukan dnenga penggunaan asas2 jang diambil dari ilmu pengetahuan moderen. Untuk sebagian besar bergantunglah semuanja itu dair sumber2 jang digunakan Kitab Sutji, sekadar tjoraknja masing2 dan nilah sedjarahnja. Untuk tiap hal tersendiri haruslah itu diselidiki dan ditentukan lebih landjut.
Bagi si pembatja bukan ahli, jang membuka Kitab Sutji, satu2nja pendirian jang boleh dipertanggungdjawabkan ialah, bahwa ia membatja Kitab Sutji dengan djiwa mana kitab2 itu telah ditulis. Djadi terangnja sadja, dengan pendirian keigamaan. Ia harus memperhatikan garis2 besar dan pembenaran fundamentil, sedang mengenai bagian2 jang ketjil hendaklah sikapnja sangat terbuka. Tidaklah banjak gunanja, tiap2 kali bertanja lagi: adakah ini atau itu sungguh terdjadi, adakah ini atau itu sungguh terdjadi seperti jang dikisahkan. Kalau begitu, orang membatja Kitab Sutji sebagai buku sedjarah dan bukannja sebagai pewahjuan Allah didalam sedjarah. Itu bukanlah pendirian para pengarang, jang tidak mau menandaskan sedjarah. Itu bukanlah pendirian para pengarang, jang tidak mau menandaskan sedjarah, melainkan Allah sedjarah. Itupun jang diinginkan dan diandaikan mereka pada para pembatja.
JOSJUA
PENDAHULUAN
Seri Kitab2 Perdjandjian Lama, jang merupakan kepustakaan sedjarah umat Allah dalam fasenja jang pertama, dimulai dengan kisah tentang pendudukan tanah, jang telah didjandjikan dibawah sumpah oleh Jahwe kepada para nenek-mojang. Itu adalah langkah kedua dalam pemenuhan sabda Jahwe dan landjutan sedjarah, jang tertjantum dalam kitab2 Musa. Tokoh utama kisah tersebut. Mempunjai nama jang sangan kena, jakni Josjua’ (atau Johosjua’): “Jahwe adalah pertolongan” atau “Jahwe adalah keselamatan”. Itu adalah nama simbolis bagi tokoh jang amat riil, jang merupakan perorangan serta perwudjudan dari pertolongan dan keselamatan dimasa jang amat genting dalam sedjarah Israil. Joshua’ adalah pemimpin kedua umat Allah dan pengganti dari pendiri, jang diutus Allah, jakni Musa, untuk menjelesaikan lebih landjut pekerdjaan jang sudah dimulai.
Dibatja sekali sadja, kitab itu memberikan kesan suatu kesatuan jang sangat kompak dalam pelbagai segi. Kisahnja hanja mengenai suatu masa jang pendek, hanja setengah umur manusia. Josjua’ sudah landjut umurnja, ketika ia mulai memegang pimpinan (4, 23; 14, 12). Dan ketika ia pulang kepangkuan nenek- mojangnja dalam usia seratus sepuluh tahun, jang amat tua dan terberkati itu (24, 29), tanah itu sudah direbut dan di-bagi2. Ia mendjadi pembesar bangsa Israil, jang sungguhpun terdiri atas tigabelas suku, namun berdiri dibelakang pemimpinnja sebagai masa jang kompak dan rukun dan jang dengan sukahati mendjalankan perintah2nja serta pemerintahannja.
Karja Josjua’ berlangsung dalam tiga fase jang djelas dapat dibedakan, tapi erat gandingannja dan merupakan kelandjutan satu sama lain. Demikianlah rangka kitab itu. Sesudah pengantar pendek, jang memperkenalkan Josjua’ (1, 1-9), bagian pertama (1, 10-12, 24) lalu memebrikan ichtisar pendudukan tanah itu. Setelah penjeberangan sungai Jarden setjara adjaib-itu batas alamiah Kena’an (1, 10-4, 24), rakjat disunat dan perajaan Paska dilangsungkan (5, 1-12). Lalu dikisahkan setjara agak pandjang-lebar dua gerakan tjepat untuk merebut Jeriho (5, 13-7, 24 dan ‘Ai’ (8, 1-29). Permulaan jang berhasil baik itu dikuntji dengan upatjara keigamaan jang meriah (8, 30-35). Israil bertapak kukuh ditanah perdjandjian dan mendapat landasan kuat untuk gerakan2 selandjutnja. Daerah sekitar Gibe’on, hampir dipusat tanah itu, ditaklukkan tanpa pertempuran (9, 1-27). Kemudian suatu koalisi lima radja dari selatan tanah itu ditumpas (10, 1-27) dan seluruh daerah selatan djatuh kedalam tangan Israil (10, 28-38). Suatu koalisi pelbagai radja diutara dialahkan djuga (11, 1-23), dan bagian tanah itupun mendjadi milik umat Jahwe jang terpilih. Dalam bagian kedua (13, 1-21, 45) daerah, jang direbut ber-sama2, di-bagi2 antara suku2, sehingga masing2 mendapat bagiannja. Djuga kepada kaum Levita, meskipun tidak memperoleh daerah tersendiri, atas perintah Jahwe, ditundjuk kota2 seperlunja dengan djadjahan sekitarnja sebagai tempat tinggal di-tengah2 susku2 lainnja (20, 1-21, 45). Baigan terachir (22, 1-24, 31) mengisahkan achir djalan hidup Josjua’. Suku2 seberang Jarden pulang kedaerahnja masing2, setelah tugas mereka selesai, untuk berbakti kepada Allah nenek-mojang mereka disana dan untuk mendiami daerah mereka dengan aman-tenteram (22, 1-89). Perpetjahan jang mengantjam suku2 dapat ditjegah (22, 9-34). Josjua’ lalu membuat surat wasiat rohaninja, dalam mana kesetiaan kepada Jahwe ditandaskan lagi (23, 1-16) dan dibaharui pula perdjandjian jang diadalkan dengan Jahwe di Sikem (24, 1-28); lalu suku2 bertolak kedaerah jang ditunjdjuk bagi mereka (24, 28). Penuh dengan berkah dan kemsjhuran dapatlah pahlawan besar Israil itu beristirahat dalam ketenteraman, (25, 29-31. Seluruhnja ditutup dengan beberapa tjatjatan singkat tentang makam Jusuf dan imam Ele’azar (24, 32-33).
Didalam reng2an jang terang benderang dan dengan komposisi sastera jang bermutu itu kitab Josjua’ menjadjikan dengan sama therdiknja djaman sedjarah Israil dalam penggambaran jang sangat muluk kepada para pembatja. Memang soalnja bukan mengenai pemberitaan peristiwa2 belaka, melainkan komposisi jang muluk. Kenjataannja djauh lebih ruwet daripada jang digambarkan dalam kitab tersebut, kendati dapat diketemukan djuga tanda2nja. Semuanja dirantjangkan dan disusun kearah tudjuan tertentu, jang tidak memerlukan laporan jang terperintji dan teliti. Boleh djadi si penjusun kitab tidak mampu djuga menjusun laporan sematjam itu, karena kurangnja keterangan2. dengan apa jang tersedia baginja, ia toh mau menjadjikan, mungkin lebih tepat mau menjusun, suatu ichitsar umum tentang perebutan negeri itu.
Menggambarkan kembali kedjadian sedjarah setjara teliti dan sesuai dengan
kenjataan, adalah dan tetaplah sukar dan sangat hipotetis. Bahkan tidak
mungkinlah menentukan dengan kepastian jang mutlak, dimasa mana tepatnja Israil
masuk Kena’an. Hal ini berganding erat dengan soal tanggal keluarnja Israil dari
Mesir, jang djuga tidak pasti. Orang dapat memilih tanggal masuk antara waktu
sekitar tahun 1350 dan sekitar tahun 1250. Dalam hal jang pertama orang dapat
menggunakan surat2 tell-Amarna untuk menentukan lebih landjut keadaan2 di
Kena’an. Surat2 tersebut adalah surat-menjurat politik para Fare’o Mesir djaman
itu dengan pembesar2 diluaran serta takluk22nja. Termasuk dalam golongan inipun
radja2 dan walinegeri2 Mesir dari Kena’an. Namun para ahli lebih tjenderung
untuk menanggalkan masuknja Israil itu sekitar 1250; dan dalam hal ini surat-
menjurat tadi tidak memberikan keterangan langsung tentang suasana tanah jang
dimasuki Israil itu. Tetapi pendapat ini lebih sesuai dnegna apa jang diandaikan
kitab Josjua’. Sebab didalamnja sama sekali tidak di-sebut2kan Mesir sebagai
kekuasaan jang dapat memperlihatkan kekuatannja; dan bahwasanja Israil, jang
baru keluar dari Mesir, hendak menetap didaerah jang takluk kepada Mesir,
kiranja sangat tidak mungkin. Kendati demikian, keadaan2 di Kena’an sekitar
tahun 1250 rupa2nja ada banjak persesuaiannja dengan keadaan, jang disebutkan
dalam surat2 tell-Amarna. Kekatjauan dan kerusuhan, jang nampak dimana2 di
Kena’an, malahan bertambah, bukannja berkurang. Mesir tidak lagi mendjalankan
kekuasaannja disana dan kedaulatannja hanja suatu chajalan juridis belaka. Mesir
diantjam di-perbatasan2 utara oleh serangan bangsa2 jang berasal dari Asia.
Hanja diketahui, bahwa Fare’o Merneptah dalam tahun 1223 mengadakan perlawatan
di Palestina lawan bangsa2 Asia dibawah pimpinan orang2 Het. Dalam naskah
kemenangan disebutkan pula Israil. Oleh karenanja anehlah, bahwa dalam kitab
Josjua’ Mesir tidak memainkan peranan. Kemudian dalam dokumen2 disebutkan
“bangsa2 lautan”. Salah satu dari antaranja ialah orang2 Felesjet, jang achirnja
berhasil mendjedjakkan kakinja di-pantai2 Kena’an dan dalam Kitab Sutji
memainkan peranan jang besar tapi buruk. Didalam kitab Josjua’ itu sendiri betul
orang2 Felesjet disebutkan, tapi tidak memainkan peranan jang aktif sebagai
musuh dan lawan terhadap Israil jang merembes, sehingga kelihatannja didjaman
itu mereka belum menetap di Kena’an dalam bentuk organisasi jang kuat. Ajat
Masuknja Israil itu rupa2nja tidak berdjalan dalam masa jang kompak dan dioraganisir, seperti jang dandaikan kitab Josjua’. Tapi tepatnja suatu proses, jang berlangsung dalam pelbagai fase. Mula2 suku2 tersendiri, jang setjara damai menetap didaerah jang sedikit penguninja, terutama dipegunungan. Malahan tidak mustahillah, beberapa suku tidak pernah diam di Mesir, tetapi selalu tinggal di Kena’an dan mengulurkan tangan kepada saudara2 mereka, jang dari gurun mentjari tanah penggembalaan bagi ternaknja. Orang2 pengembara itu sama sekali tidak mahir dalam peperangan dan dalam siasat pengepungan, sehingga kota2 itu, sekiranja mereka mau, toh tidak dapat dimasuki mereka. Mereka harus mentjari tanah itu dimana tiada kota dan penduduk, jakni di pengunungan2. dari sana mereka agaknja djuga mengadakan hubungan setjara damai dnegan penduduk negeri, jang dipusatkan di-kota2. baru kemudianlah suku2 Israil mulai mengadakan gerakan perebutan dnenga kekerasan sendjata, dalam hal mana Israil berhasil menduduki beberapa kota. Tetapi lamalah keadaannja toh begitu rupa, hingga penduduk aseli tetap menguasai kota2 dan lembah2, sedangkan Israil berkediaman dipegunungan. Persendjataan Kena’an jang lebih unggul tidak memberikan kemungkinan kepada mereka untuk menghadapi pertempuran dipadang terbuka. Perebutan2 jan ditjapai adalah lebih ahsil tipu-muslihat daripada pertempuran. Israil harus berdjuang lama, sebelum ia sngguh2 dapat disebut pemilik tanah jang didjandjikan. Peperangan itu berlangsung selama djaman para hakim sampai Swqud, dan dalam pada itu Israil sering mengalam keadaan jang sangat gawat. Kitab para Hakim menjadjikan gambaran sedjarah jang lebih murni tentang perbutan tanah itu daripada gambaran selajang pandang jang diidealisir dalam kitab Josjua’.
Adapun kitab ini meng-hubung2kan seluruh proses jang ruwet dari perembesan setjara damai dan perebutan dengan kekerasan itu dengan tjara jang dirangkakan serta diidealisir disekitar tokoh Josjua’. Beberapa petilan dan selingan dikisahkan dnengan pandjang-lebar, sedangkan lain2nja hanja ichtisarnja sadja dan kebanjakan dilewatkan atau disana-sini meninggalkan bekas jang njaris dapat diketahui. Dalam penjusunan kitab tersebut chronologi tidak banjak diindahkan, dan kedjadian2 jang berdjauhan di-hubung2kan satu sama lain atau dengan Josjua’, tanpa ada hubungan sematjam itu menurut kenjataannja. Bahkan situasi2 djauh kemudian diprojektir kemuka, sebaimana lebih2 halnja dengan bagian tentang pembagian jang diidealisir mengenai tanah itu oleh Josjua’, hal mana lebih didasarkan atas situasi semasa daripada atas dasar sedjarah.
Mengidealisir dan merangkakan kedjadian2 itu belumlah berarti begitu sadja memalsukannja. Djelaslah kitab Josjua’ itu bukan laporan historis, sebagaimana djuga tidak demikian pula dengan kitab manapun djua dari Prdjandjian Lama atau Baru. Ahli sedjarah moderen tentunja akan berlainan sekali tjara kerdjanja daripada pengarang kiab tersebut. Tetapi tuduhan “pemalsuan sedjarab” terhadap pengaragnja, sama sekali tidak pada tempatnja. Menamakan kibtab tersebut sebuah kumpulan “hikajat dan dongeng”, karena tidak sesuai dengan pendapat2 moderen, melampaui batas2 kritik jang lajak. Memang sungguh benar, bahwa banjak kisah di- hubung2kan dnegna nama tempat2 tertentu atau dengan sisa2 tertentu dari djaman lampau (4, 9; 5,9; 7,16; 8,29; 9,27; 10,27; 14,14) dan harus memeberikan keterangan atasnja. Tidak perlu diterima pula, bahwa kedjadian itu sungguh merupakan keterangan gedjala tertentu. Didalam tradisi atau oleh si penjusun dapatlah di-hubung2kan kedjadian2 tertentu denagannja sebagai keterangan, walaupun itu sesungguhnja tiada sangkut-pautnja dengannja dan oleh karenanja djuga tidak dapat merupkan keterangan historis. Tetapi ini tidak berarti, abhwa lalu kedjadian2 itu sendiri adalah chajalan sebagai keterangan tentang gedjala dari djaman kuno. Sama mungkinnja, bahwa peristiwa itu sendiri adalah sangat riil, meskipun hubungannja dengan tempat atau monumen tertentu lebih bertjorak idiil. Djuga kenjataan, jang mesti diterima, bahwasanja dengan tokoh Josjua’ di- hubung2kan peristiwa2, jang tidak termasuk dalam riwajat hidupnja, belumlah memberikan memberikan hak, untuk lalu membuat Josjua’ mendjadi tokoh dongeng dan menerangkan peristiwa2 itu sebagai hasi chajalan. Haruslah betul2 dibedakan antara peristiwa2 itu sendiri dengan susunan dan bentuk sastera peristiwa2 itu dalam kitab Josjua’. Kebalikannja adalah lebih benar: djustru karena Josjua’ adalah tokoh jang sangat riil dari djaman jang lampau dan telah memainkan peranan jang penting sekali dalam merebut tanah itu, maka dengannja di- hubung2kanlah lainnja semua. Inipun dajaupaja untuk menandaskan pentingnja tokoh tersebut, malahan dajaupaja jang lebih efektif daripada pemikiran2 jang pandjang-lebar. Tetapi bahwasanja tokoh jang tak riil atau jang tak penting menarik kesemuanja kepada dirinja, sama sekali tidak dapat diterima.
Makanja ada alasan tjukup, untuk mengukuhi tjorak historis kitab Josjua’, sebagaimana dilakukan banjak ahli. Dari kitab ini dapat ditimba keterangan2 jang sangat berharga untuk menggambarkan kembali masa lampau, meskipun diperlukan penelaahan terntentu untuk menemukan kembali kedjadian2 itu dalam keranga historisnja. Bagaima djua, tanpa kritik jang terperintjipun kitab Josjua’ menjadjikan kepada pembatjanja gambaran jang sangat riil dari kedjadian historis perebutan Palestina oleh Israil, dalam mana pribadi Josjua’ telah memainkan peranan jang penting sekali. Penemuan2 archeologi belakangan ini dapat membenarkan hal itu, walaupun harus diakui, bahwa penemuan2 itupun tidak mengurangkan kesulitan2, malahan menambahnja. Tetapi adalah tugas ilmu- pengetahuan, untuk mentjari keterangan2 lebih landjut, dan dalam pada itu tidak menempuh djalan jang termudah, dnegna memungkiri nilah sedjarah kitab Josjua’.
Untuk mengemukakan pandangan historisnja atas pendudukan tanah jang didjandjikan itu, si pengarang atau para penjusun kitab Josjua’ menggunakan tradisi2 jang djauh lebih kuno, jang boleh djadi sudah ada dalam bentuk tulisan. Orang malahan dapat dnegan kemungkinan jang besar menundjukkan dari mana tradisi2 itu berasal dan mula2 dipelihara. Sebab orang menkonstatir kenjataan, bahwa kisah2 itu disangkut-pautkan dnegna tempat2 sutji tertentu di Israil; untuk itu kedjadian2 jang dikisahkan itu sungguh penting adanja. Pendudukan Jeriho dan ‘Ai ada sangkut-pautnja dnegan tempat sutji Gilgal (4, 19-20; 5, 9; 4, 8); pendudukan daerah Gibe’on pada pokoknja adalah penting bagi tempat sutji tersebut (9, 27). Pembagian tanah oleh Josjua’ di-hubung2kan dengan rumah sutji Gilgal ( 14, 6) dan Sjilo (18,1), marga Kaleb ada sangkut-pautnja dengan Hebron (15, 13; 14, 15) dan achir hidup Josjua’ serta karjanja dialihkan ke Sikem (24, 1) dan Sjilo (22, 12). Tidaklah bertentangan dengan akal, mengandaikan bahwa kisah2 tersebut dipelihara dan terdjadi di-tempat2 itu. Sumber2, jang digunakan, kadang2 diambil l.k. menurut huruf, kadang2 sangat disadur dan disesuaikan dengan pendapat2 serta situasi si pengarang. Tambahan pula dimasukkan dalam suatu keseluruhan dan oleh karenanja di-hubung2kan si pengarang sendiri dan lagi dibubuhi dengan pengantar2 serta renungan2 pribadi. Tidak selalu sama mudahlah membedakan dimana suatu naskah atau tradisi kuno berbitjara, dimana ada pembersutan dan dimana si penjusun memebrikan tambahannja sendiri. Dari sebab itulah ada perbedaan pendapat dikalangan para ahli, bila mengenai penentuan teliti djumlah dan pembatasan sumber2 itu. Tidak banjak gunanja menjebutkan semua hipotese itu salah satu, jang se-tidak2nja mungkin, setjara agak terperintji.
Kisah tentang pengintaian dan perebutan Jeriho (2, 1-6, 25) jang sumbernja teranglah sudah amat kuno (4, 9). Beberapa ahli berpendapat, bahwa dalam kisah tersebut terdjalinlah dua sumber atau tradisi tersendiri.
Kisah tentang pendudukan ‘Ai (7, 1-8, 29), berkenaan dnegna penaklukan Gibe’on , pertempuran lawan kelima radja diselatan dan lawan sedjumlah penguasa diutara (9, 1-10, 27; 11, 1-9).
Dua petilan puisi jang dinukilkan (6, 26; 10, 12-13).
Kisah jang dirangkakan tentang pendudukan kota2 diselatan Kena’an, jang enam djumlahnja (10, 28-39; 11, 10-15).
Pelukisan daerah suku masing2 (13-22), dokumen mana terdiri pula atas sebuah sumber jang disadur dan ditambah oleh seorang redaktor. Oleh si penjusun kitab Josjua’ sendiri ditambahkan dari sumber2 lain: daftar kota2 Juda, jang mungkin bertanggal dari djaman Dawud (15, 21-26), dan daftar serupa itu untuk Binjamin dari djaman radja Sjaul (18, 21-28). Dapat kita tambahkan pula, bahwa riwajat Kaleb (14, 6-15; 15, 13-19) djuga diselipkan oleh redaktor terachir kitab Josjua’ dari sumber lain tersendiri. Hal inipun kiranja boleh kita katakan pula tentan gtjerita perihal suku Jusuf, seperti jang terdapat dalam 17, 14-18. Kedjadian jang ditjeritakan dalam pasal ke-22 berasal djuga dari sumber tersendiri, jang datang dari djaman para Hakim.
Walaupun sangat disadur oleh penjusun kitab Josjua’, namun kisah tentang diikatnja perdjandjian di Sikem (pasal 24) adalah dari masa jang lebih kuno. Orang dapat bertanja, apa 8, 30-35, lepas dari saduran jang kuat, tida berasal dari sumber jang sama djua, dan oleh si penjusun kitab Josjua’ dilepaskan dari hubungan aselinja, untuk ditempatkannja disitu, lebih sesuai dengan pendapat teologisnja.
Lepas dari sedjumlah besar tjatatan dan tambahan ketjil2, bolehlah dikatakan dengan kepastian jang agak besar, bahwa oleh si penjusun kitab sendiri setjara langsung ditambahkan: amanat kepada Josjua’ pada permulaan kitab (1, 1-11) dan jang sedjadjar dengan itu, jakni 13, 1-7; persetudjuan dnegna suku2 diseberang Jarden (1, 12-18); pemberitaan tentang sunat dan tentang perajaan Paska jang pertama di Kena’an (5, 2-12), walaupun ini boleh djadi berdasarkan berita jang lebih kuno; ichtisar pendudukan Kena’an selatan (10, 40-43); ichtisar sematjam itu bagi Kena’an utara (22, 16-25); ichtisar tentang pendudukan daerah seberang Jarden (11, 1-6) dan pengantar berikutnja atas daftar radja2 jang ditaklukkan (12, 7-8); dan djuga ichtisar tentang daerah suku2 Ruben dan Gad (13, 8-12). Pidato beasr Josjua’ dalam pasal 23 seluruhnja dikarang oleh si pengarang kitab Josjua’ sedjadjar dengan pasal 24.
Melihat keterang2 Kitab Josjua’ tu sendiri orang mungkin akan menarik kesimpulan, bahwa kitab itu mendapat bentunja jang definitif pada permulaan pemerintahan Dawud, sekitar th. 1000. sebab dalam kitab itu disebutkan, bahwa Gezer didiami orang2 Kena’an (16, 10), tetapi didjaman Sulaiman kota tersebut mendjadi milik Israil dengan penduduk Jahudi (I Rdj 9, 16). Jerusjalem masih mendjadi milik orang Jebus (15, 63), jang kemudian ditaklukan oleh Dawud (II Sjem 5, 6-9). Hasor didjaman si pengarang masih berupa reruntuhan (11, 13), kota mana dibangun kembali oleh Sulaiman (I Radj 9, 15). Tempat sutji Gibe’on mendjadi pusat rakjat didjaman redaksi kitab itu (9, 2-27), dan kitab itu agaknja tidak tahu sedikitpun tentang Jerusjalem, jang oleh Dawud didjadikan tempat sutji nasional (II Sjem 6). Sebeliknja ada sebangsa perpisahan antara Juda dan Israil (11, 23), hal mana sesuai dengan situasi pada permulaan pemerintahan Dawud, ketika Isjbosjed memerintah Israil (II Sjem 2). Tetapi Kitab Josjua’ sendiri dalam banjak petilan si (para) penjusun sangat mengingatkan kepada kitab Ulangtutur atau Deuteronomium. Tjukuplah kiranja petundjuk2 jang ditempatkan pada pinggir halaman terdjemahan ini. Dengan itu lalu penanggalan kitab Josjua’ digandingkan dengan persoalan rumit tentang waktu terdjadinja kitab Ulang tutur. Karena banjak ahli mengira dapat membuktikan, bahwa kitab Ulangtutur telah disusun didjaman radja Josjijahu (640-609), maka kitab Josjua’ pun ditanggalkan didjaman itu. Ahli2 lainnja lebih suka menghubungkan dengan kegiatan sastera radja Hizkia, jang katanja djuga memainkan peranan dalam redaksi pertama kitab Ulangtutur, djadi sekitar th. 700. Karena orang berpendapat, bahwa kitab Ulangtutur diterbitkan se-dikit2nja dua kali, maka dikemukakan pula, bahwa kitab Josjua’ pun mengenal dua penerbitan pertama kali didjaman pemerintahan Josjijahu dan kedua kalinja dengan beberapa tambahan, selama atau mungkin malahan sesudah masa pembuangan (sekitar th. 500). Djadi penanggalan kitab Josjua’ bersangkut-paut dengan soal hubungan antara kitab Josjua’ dan kitab Ulangtutur. Puluhan tahun jang lalu. Banjak ahli berpendapat, bahwa kitab ini (bersama dengan kitab para Hakim) bukan hanja dari segi sedjarah sadja, tapi dari segi sasterapun merupakan kelandjutan langsung dari kelima kitab Musa. Dan katanja disusun pula dari naskah (tradisi2) jang sama dan hasil karja orang2 jang sama, jang selama atau sesudah masa pembuangan menjusun karja besar mulai dari Kedjadian sampai dengan kitab Hakim2. Tetapi dewasa ini orang melepaskan kitab Ulangtutur dari kitab2 Musa dan melihatnja sebagai permulaan dan pendahuluan suatu karja besar sedjarah, jang melingkupi kitab2 sedjarah sampai dengan kitab2 Radja2 dan hasil buah astu pena jang sama dalam bentuknja jang definitif. Kitab Josjua’ katanja merupakan bagian dari karja tersebut. Karja beasr tadi katanja djuga menenal dua perbitan, termasuk pula Josjua’, seperti telah disebutkan diatas. Tambahan2 dibubuhkan, terutama dalam kitab Radja2 jang melandjutkan sedjarah mulai dari Josjua’ sampai kemasa pembuangan. Hipotese ini – tidak kurang dan tidak lebih dari itu – boleh diterima, tetapi soal lain ialah apa perlukan itu. Bagaimanapun djua hubungannja antara kitab Sjemuel dan Radja2 dengan Ulangtutur dalam bentuknja jang definitif, namun kitab Josjua’ dapatlah dilepaskan daripadanja. Bahwasanja ada banjak titik pertemuan antara kitab Josjua’ dan Ulangtutur tidaklah dapat dipungkiri; tetapi tidak djelas begitu sadja, bahw kitab Josjua’ oleh, karenanja bergantung setjara langsung dari kitab itu sendiri. Gagasan2 keigamaan jang dirumuskan dalam kitab Ulangtutur, tidak ditjiptakan oleh kitab tersebut. Tetapi lebih merupakan titik achir perkembangan jang lama serta tradisi dan rumus penutup suatu sistim keigamaan jang untuh. Kalupun kitab itu (dalam redaksi pertama) disusun didjaman Josjijahu, maka gagasan2 jang sama itu toh sudah ditjantumkan dalam naskah2 lain, sebagaimana djuga halnja dengan kitab Josjua’. Kitab Josjua’ dapatlah, dalam hal terdjadinja serta penanggalannja, berdiri lepas dari kitab Ulangtutur dan ddipandang sebagai suatu kesatuan jang berdiri sendiri. Inipun kiranja dapat dikatakan pula tentang kitab2 Sjemuel dan Radja2. meskipun dalam kitab2 tersebut ditemukan kembali gagasan2 Ulangtutur, namur tidak berarti, bahwa kitab2 tersebut bersama dengan Ulangtutur hanja merupakan satu karja sastera sadja. Bahwasanja kitab2 Sjemuel dan Radja2 ditulis sesudah Ulangtutur dapatlah kita terima, tetapi kami tidak dapat menerima suatu penanggalan kitab Josjua’, jang bergantung daripada penanggalan kitab Ulangtutur. Atas alasan2 itu lebih baiklah orang mengukuhi sadja penanggalan jang didasarkan keterangan2 kitab itu sendiri, hang menjundjuk akan waktu permulaan pemerintahan Dawud, djadi sekitar th. 1000 sebelum Masehi.
Apa kita mesti memikirkan adanja satu redaktor sadja dari kitab itu atau beberapa penjususn, jang bekerdjasama, terserahlah. Menjebutkan sautu nama jang konkritpun tiada gunanja, sebab hal itu adalah tetap perkiraan se-mata2. Tetapi, mengingat adjaran jang diutarakan dalam kitab itu, mestilah kitab itu terdjadi dikalangan Levita, jang djuga mendjadi asal kitab Ulangtutur. Karena perhatian chuus ditaruh kepada suku2, seberang Jarden dan daerahnja (13, 15-22; 1, 12-18; 22, 1-34), maka pernah dikemukakan dugaan, bahwa si pengarang berasal dari daerah itu. Apa kesimpulan itu tepat, agaknja dapat disangsikan.
Dari lingkungan asalnja sangat dapat dimengerti, sebagaimana ternjata djuga dari kitab itu sendiri, bahwa karja tersebut menaruh perhatian keigamaan jang kuat dan tidak tegas berhaluan historis. Sedjarah terutama dilukiskan demi untuk makna dan nilah keigamaan jang praktis. Itu adalah permakluman allah, jang membimbing itu seluruhnja kearah maksud22Nja. Perhatian teristimewa tertudju kepada tanah Kena’an, jang dahulu didjandjikan Jahwe kepada nenek-mojang (1, 6; 5, 6; 9, 24) dan djuga benar2 diberikan (23, 1, 3-4; 24, 11-13). Sebab Jahwe adalah setia kepada djandjiNja, jang pernah diberikan, dan tidak lupa akan perdjandjian dengan nenek-mojang dan umat (1, 21, 43-45; 23, 14). Pendudukan tanah itu bukanlah terutama usaha Josjua’ tetapi pekerdjaan Allah Israil (23, 4; 3, 10; 10, 15; 23, 10). Bahwasanja Jahwe berdiri dibelakang seluruh kedjadian itu, tidak hanja ternjata dari tugas tegas dan djandji pertolongan, jang diberikan kepada Josjua’ (1, 3; 1, 5, 9; 10, 8; 11, 6), tapi djuga dari tjampurtangan adjaibNja didalam djalan kedjadian2 (3, 15; 6, 20; 18, 11). Seluruhnja hanjalah pelaksanaan perintahNja jang dahulu telah diberikanNja (10, 40; 13, 7; 14, 2). Bahwasanja umat tidak menajai Jahwe segala usahanja, hanja dapat ditjela sadja (9, 14). Josjua’ sungguh tokoh jang penting dalam kitab itu, tetapi melulu melajani maksud dan pimpinan Allah (1, 1; 3, 7). Ia adalah pemimpin jang diangkat dari umat Allah, jang sekalipun terdiri atas duabelas suku, namun satu djua dalam Allahnja, dalam ibadah dan djandji Allah (8, 33; 22, 27; 24, 14, 17). Tetapi kesetiaan Allah itu bukan tak bersjarat. Ia adalah Allah jang kuasa (3, 13; 2, 11), Allah jang mahatahu (3, 7; 6, 2, 5; 8, 18; 10, 8; 11, 6; 7, 10-11) dan lebih2 Allah jang kudus (24, 19), jang menuntut umat jang sutji. Kesutjian ini per-tama2 berwudjud kesetiaan kepada perdjandjian, kepada hukum22nja dan kepada sabda mulutNja, kestiaan dari pihak rakjat serta pemimpin2nja (8, 27; 11, 9; 15, 13; 17, 1-6; 10, 40; 11, 12, 15; 22, 6, 23). Kesetiaan ini meliputi pula tjinta jang tak terbagi (23,11) dan dalam situasi jang njata itu penghormatan se-mata2 kepada namaNja (23, 8-16). Karena itupun Israil tidak boleh bertjampur-baur dengan bangsa2 kafir Kena’an (23, 7, 12), tetapi sebaliknja harus menumpas mereka (10, 14; 11, 15). Apabila rakjat mejalahi kestiaan ini, maka Jahwe bukan hanja tidak akan menolong mereka lebih landjut, dan tidak akan mengusir bangsa2 dari depan mereka (23, 13), tetapi malahan djuga akan membatalkanpekerdjaanNja (23, 15; 24, 20). Rakjat harus mengangkat sumpah kesetiaan itu djuga untuk masa jang akan datang, sehingga keturunan mereka mengukuhi djuga perdjandjian itu (24, 22, 27).
Tuntutan2 itu hendak diperkeras kitab Josjua’ dengan kedjadian2 jang dikisahkannja, jang dengan djelasnja menundjukkan bahwa kesetiaan digandjar dengan kesetiaan dan murtad dihukum dengna pnumpasan. Itulah jang harus dimaklumi orang2 semasanja; tetapi hal itupun tetap berlaku bagi angatan2 jang akan datang. Walaupun Allah akan memaklumkan diriNja sebagai Bapa jang penuh belaskasih dan baik, namum Ia tetap djuga Allah jang adil, jang tetapi mengemukakan tuntutanNja atas kesetiaan. Allah perdjandjian sendirilah, jang mendjamin keselamatan; dan Allah itulah, jang dengan perantaraan utusanNja Jesus – orang jang senama dnegan Perdjandjian Lama bukan tanpa alasan dipandang sebagai perlambangNja – mewujudkan itu, bukan umatNja. Tetapi keselamtan itu masih musjkil dan menaruh kewadjiban2 besar atas pundak umat Allah. Umat sebagai keseluruhan tidak dapat lagi tak-setia samasekali atau membatalkan djandji Allah, tetapi anggota masing2 dari umat itu datlah dengan ketidaksetiaannja membuat dirinja tak-patut untuk mengambil bagian dalam keselamatan, jang didjandjikan dan sudah terwudjudkan itu, dan untuk menikmati tanah, jang telah didjandjikan Allah kepada nenek-mojang.
BIS: Yosua (Pendahuluan Kitab) YOSUA
PENGANTAR
Buku Yosua adalah buku tentang kisah bangsa Israel ketika mereka merebut
negeri Kanaan di bawah pimpinan Yosua. Dialah yang menggant
YOSUA
PENGANTAR
Buku Yosua adalah buku tentang kisah bangsa Israel ketika mereka merebut negeri Kanaan di bawah pimpinan Yosua. Dialah yang menggantikan Musa memimpin umat Israel. Peristiwa-peristiwa penting yang dikisahkan di dalam buku ini ialah antara lain: penyeberangan Sungai Yordan, jatuhnya Yerikho, pertempuran di Ai, dan pengukuhan kembali perjanjian antara Allah dengan umat-Nya. Salah satu petikan terkenal dari buku ini ialah, "Ambillah keputusan hari ini juga kepada siapa kalian mau berbakti... Tetapi kami -- saya dan keluarga saya -- akan berbakti hanya kepada TUHAN." (Yos 24:15)
Isi
- Kanaan direbut
Yos 1:1-12:24 - Tanah dibagi-bagi
Yos 13:1-21:45 - a. Tanah di sebelah utara Sungai Yordan
Yos 13:1-33 - b. Tanah di sebelah barat Sungai Yordan
Yos 14:1-19:51 - c. Kota-kota suaka
Yos 20:1-9 - d. Kota-kota untuk orang-orang Lewi
Yos 21:1-45 - Suku-suku di bagian timur kembali ke wilayah mereka
Yos 22:1-34 - Pidato Yosua sebelum ia meninggal
Yos 23:1-16 - Perjanjian dikukuhkan kembali di Sikhem
Yos 24:1-33
Ajaran: Yosua (Pendahuluan Kitab)
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi kitab Yosua, anggota Jemaat mengerti dan yakin ada
kuasa dan kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-Nya.
Pendahul
Tujuan
Supaya dengan mengetahui isi kitab Yosua, anggota Jemaat mengerti dan yakin ada kuasa dan kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-Nya.
Pendahuluan
Penulis : Yosua dan Pinehas.
Isi Kitab: Kitab Yosua terdiri dari 24 pasal, dan isinya menceritakan Kesetiaan Allah dalam menggenapi janji-Nya kepada umat pilihan-Nya. Marilah melihat isi kitab Yosua lebih jelas lagi melalui uraian berikut.
I. Ajaran-ajaran utama dalam Kitab Yosua
Pasal 1-12 (Yos 1:1-12:24).
Bangsa Israel memasuki Kanaan Yosua menerima perintah Tuhan untuk menyeberangi sungai Yordan dengan mengirim dua orang untuk melihat-lihat kota Yerikho. Kemudian Yosua merayakan hari Paskah dan mendirikan tanda peringatan. Akhirnya, dengan pertolongan Tuhan bangsa Israel dapat merebut kota Yerikho. Tetapi ada seorang dari bangsa Israel bernama Akhan berbuat dosa yang mengakibatkan bangsa Israel kalah dalam merebut kota Ai, tetapi setelah Akhan dihukum, kota Ai dapat direbut. Dengan pimpinan Tuhan kepada bangsa Israel, maka mereka berhasil mengalahkan raja-raja di Kanaan Tengah, Selatan, dan Utara sebagaimana janji Tuhan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yos 1:1-2,10,16-18. Siapakah yang memerintah Yosua? Dan apakah Yosua mengikutinya?
- Bacalah pasal Yos 6:1-5. Bagaimanakah keadaan kota Yerikho? Dan apakah cara yang dipakai untuk mengalahkan kota itu?
- Bacalah pasal Yos 6:12-16,20. Apakah Yosua mengikuti perintah Tuhan, dalam ha penyerangan kota Yerikho? Dan bagaimana hasilnya?
- Bacalah pasal Yos 7:1,4,10-11,22,25. Apakah yang menyebabkan kekalahan orang Israel ata kota Ai? Rupanya tidak ada dosa yang tersembunyi d hadapan Allah, bagaimana dengan keadaan saudara?
- Bacalah pasal Yos 11:16. Apakah yang telah Yosua kerjakan bersama bangsa Israel?
Pasal 13-21 (Yos 13:1-21:45).
Bangsa Israel membagi tanah Kanaan Ada daerah-daerah di Kanaan yang belum direbut, tetapi daerah yang sudah direbut, dibagi-bagikan kepada suku-suku bangsa Israel dari segala penjuru, sebagaimana yang dijanjikan.
Pendalaman
- Bacalah pasal Yos 14:1-5. Mengapakah tanah Kanaan dibagi-bagikan? Menurut perintah siapakah ini?
- Bacalah pasal Yos 21:43-45. Berapakah banyak janji Tuhan yang dipenuhi? Apakah saudara percaya?
Pasal 22-24 (Yos 22:1-24:33).
Bangsa Israel tinggal di Kanaan
Bangsa Israel tinggal di Kanaan dengan tenang, dan kemudian Yosua meninggal pada usia seratus sepuluh tahun.
Pendalaman
Bacalah pasal Yos 24:14-28. Adakah amanat Yosua yang bermanfaat bagi saudara?
II. Kesimpulan/penerapan
Kitab Yosua mengajarkan tentang Allah yang setia dalam memenuhi janji- Nya.
Dosa yang sekecil apapun akan mendatangkan murka dan penghukuman Allah, bila tidak diakui dan mohon pengampunan-Nya.
Hidup di dalam iman kepada Allah, merupakan hidup yang dituntut Allah dari anak-anak-Nya (umat-Nya).
Pertanyaan-pertanyaan yang Dapat Digunakan untuk Tanya Jawab
- Siapakah penulis kitab Yosua?
- Apakah isi kitab Yosua?
- Apakah janji Yosua terhadap Allah pada akhir jabatannya?
- Pelajaran rohani apakah yang saudara dapatkan dalam mempelajari kita Yosua ini?
Intisari: Yosua (Pendahuluan Kitab) Merebut Tanah Kanaan
BAGAIMANA KITAB ITU DITULISYosua lebih dikenal sebagai pahlawan daripada sebagai penulis kitab itu. Baik tradisi maupun kitab it
Merebut Tanah Kanaan
BAGAIMANA KITAB ITU DITULIS
Yosua lebih dikenal sebagai pahlawan daripada sebagai penulis kitab itu. Baik tradisi maupun kitab itu sendiri (Yos 24:26) mengakui bahwa banyak bahan tulisan berasal dari Yosua. Sebagian berasal dari hasil kesaksian pandangan mata, tetapi kemudian seorang penyunting rupanya telah menyatukan semua bahan ke dalam bentuk yang kita kenal sekarang (Yos 4:8, 9; 7:26; 8:28; 24:29, 30).
YOSUA
Pada waktu keluar dari Mesir Yosua masih seorang pemuda dan kemudian ia menjadi asisten pribadi Musa. Ia ternyata seorang tangan-kanan yang dapat dipercaya dan setia. Laporan golongan kecilnya, bersama Kaleb, mengenai pengintaian di Kanaan menunjukkan bahwa ia seorang yang beriman dan berani. Ia adalah pengganti alamiah bagi Musa dan mengambil alih pimpinan pada usia tujuh puluh tahun. Yosua menempatkan suku-suku bangsa Israel di Kanaan dan ia meninggal pada usia 110 tahun.
TUJUAN KITAB YOSUA
Kitab Yosua merupakan kitab yang pertama dan terkemuka yang berisi penuturan sejarah mengenai bagaimana Allah memenuhi janji-Nya untuk membawa umat-Nya ke tanah perjanjian. Tema itu dapat ditemukan dalam Yos 1:11: "Menduduki negeri yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu..."
PENAKLUKAN KANAAN
Merebut negeri itu bukan suatu tugas yang mudah. Yosua memimpin bangsa yang masih terdiri dari suku-suku melawan bangsa-bangsa yang sudah mapan. Setelah merebut kota-kota kunci seperti Yerikho dan Ai, Yosua terlibat dalam pertempuran-pertempuran di bagian tengah, selatan dan utara Kanaan. Meskipun ia berhasil dengan gemilang, tugasnya belum selesai pada saat ia mulai menempatkan suku-suku bangsa Israel di pemukiman mereka masing-masing (Yos 13:1).
BAGAIMANA MENAFSIRKAN YOSUA
Walaupun Yosua merupakan sebuah kitab sejarah, isinya banyak berbicara kepada orang Kristen masa kini. Ibrani 4:1-11 menunjukkan bahwa kitab itu dimaksudkan sebagai sarana untuk memberi semangat kepada orang Kristen, sehingga mereka tidak kehilangan apa yang sebetulnya ingin Allah berikan kepada mereka. Meskipun Yosua berbicara mengenai peperangan dan daerah geografis, kita dapat menerapkan prinsip-prinsip yang dipakai oleh Allah pada masa itu dalam peperangan rohani yang kita hadapi dan wilayah rohani yang dapat kita miliki.
Pesan
1. Apa yang diajarkan Yosua tentang Allah.o Janji Allah. Yosua mengajarkan bahwa Allah menggenapi janji-Nya. Allah telah menjanjikan tanah itu kepada Musa (Kel 6:4) dan berjanji bahwa Yosua akan memimpin bangsanya memasuki tanah itu (Ula 3:27, 28). Yosua merupakan penggenap Ulangan 11:22-25. (Lihat Maz 18:30, Yos 23:14).
o Kehendak Allah. Yosua menegaskan bahwa Allah menginginkan umat-Nya untuk menguasai tanah itu seluruhnya. Anehnya, bangsa itu sendiri yang kadang-kadang kelihatannya enggan untuk melakukannya. Ibrani 4:1-11 memberi Perjanjian Baru aplikasi pelajaran ini. Yos 13:1; 18:3.
o Kebaikan Allah. Yosua menggambarkan kemurahan Allah yang telah memberikan negeri itu kepada bangsa Israel dan memberikan mereka kemenangan dalam pertempuran-pertempuran. Bangsa itu masih harus berjuang, tetapi hasilnya sudah dapat dipastikan. Betapa besar anugerah yang Allah berikan kepada umat-Nya! Yos 1:2; 6:16; 10:8 (lihat 1Ko 3:21-23).
o Kuasa Allah. Yosua melukiskan bahwa Allah lebih berkuasa daripada pasukan tentara dan kota-kota; bahwa Dialah yang mengendalikan semua kejadian dalam alam semesta; bahwa Dia lebih besar daripada ketidaktaatan umat-Nya; atau tipu muslihat bangsa lain; Dia juga dapat mengatasi kekurangan gairah umat-Nya Yos 3:7-17; 10:12.
2. Apa yang diajarkan oleh Yosua kepada umat Allah.
Mereka harus menjadi:
o Bangsa yang mempunyai tujuan. Kita harus memiliki sepenuhnya negeri yang diberikan Allah. Yos 1:2-11
o Bangsa yang taat. Ketaatan harus menyeluruh (sempurna). Yos 1:7, 8
o Bangsa beriman. Kepercayaan mereka kepada Allah harus dibuktikan dengan mengambil langkah aktif dalam ketaatan terhadap perintah-Nya. Yos 3:15; 6:16, 20
o Bangsa yang tidak sudi berkompromi. Tidak diperbolehkan berbuat dosa dan berkompromi dengan musuh. Dituntut adanya kekudusan. Yos 7:1-26; 13:13; 16:10; 17:13; 23:11-13
o Bangsa yang ulet. Mereka tidak boleh gampang menyerah tetapi harus melayani Tuhan satu-satunya dengan setia sampai pada kesudahannya. Yos 17:14-18
Penerapan
Dalam terang Kitab Yosua orang Kristen harus bertanya pada diri mereka sendiri:o Sampai seberapa jauh kemajuan yang telah saya capai dalam hidup Kekristenan saya?
o Musuh-musuh rohani apa saja yang menghalangi kemauan saya?
o Seberapa banyak saya taat kepada apa yang diajarkan oleh firman Allah kehidupan saya sehari-hari?
o Apakah saya yakin akan kebenaran firman-Nya dan percaya kepada-Nya walaupun pada saat itu kelihatannya merupakan suatu kebodohan jika dilakukan?
o Pada saat-saat apa saja saya tergoda untuk mengkompromikan iman Kristen saya?
o Apakah saya selalu bergairah untuk mengikut Allah seperti waktu yang sudah-sudah?
o Dalam membuat daftar prioritas saya dalam kehidupan, di manakah saya menempatkan kekudusan?
o Berapa banyak saya membaca Alkitab dengan berdoa?
o Apakah saya puas dengan tempat yang telah Allah berikan bagi saya dalam kehidupan ini?
o Jika saya diminta untuk memberikan kesaksian saya mengenai Allah seperti yang dilakukan oleh Yosua, apa yang akan saya katakan mengenai Dia?
Tema-tema Kunci
1. Selidikilah doktrin ini
Yosua menyinggung masalah penyelamatan. Nama Yosua berarti "penyelamat". Beberapa orang menemukan kesamaan-kesamaan lain antara dia dan Yesus. Apakah itu? Apa yang dapat kita pelajari dari Rahab mengenai penyelamatan? (Lihat Ibr 11:30, 31) Kota-kota suaka (Yos 20:1-9) memberikan gambaran mengenai keselamatan. Kumpulkan ilustrasi atau contoh-contoh mengenai keselamatan yang ditemukan dalam Kitab Yosua.
2. Laksanakan petunjuk ini
Pelajari dengan saksama perintah Allah kepada Yosua (Yos 1:8), dan carilah jawabannya mengapa firman Allah sangat penting; bagaimana seharusnya mempelajari firman Allah; apa tujuannya dan hasil apa yang diperoleh dari mempelajarinya.
3. Teladani orang ini
Yosua adalah seorang pemimpin yang menarik bagi bangsanya dan sampai pada akhir hidupnya ia selalu berterima kasih pada kebaikan Allah (Yos 23:14). Kumpulkanlah pelajaran yang Anda dapatkan dari watak dan contoh yang diberikan Yosua.
4. Hindarilah kesalahan-kesalahan ini
Yosua merupakan kitab yang penuh kejujuran, yang mencatat bukan saja keberhasilan umat Allah tetapi juga kegagalan-kegagalan mereka (Yos 7:1-26; 9:1-27; 17:14-18). Apa yang harus diajarkan kepada gereja masa kini?
5. Jelaskan upacara-upacara ini
Yosua mencatat pendirian batu-batu peringatan (Yos 4:1-24); penyunatan (Yos 5:2-9); perayaan Paskah (Yos 5:10), upacara pengikatan (Yos 8:30-35) dan pembangunan sebuah mezbah (Yos 22:10-34). Carilah upacara-upacara serupa yang mungkin dapat kita temukan dewasa ini.
6. Pikirkanlah hal-hal adikodrati
Allah digambarkan sebagai Allah adikodrati (Yos 3:7-17; 6:20; 10:12). Di mana tempat hal-hal yang adikodrati dalam dunia sekular modern?
Garis Besar Intisari: Yosua (Pendahuluan Kitab) [1] MEMASUKI TANAH PERJANJIAN Yos 1:1-5:12
Yos 1:1-18Yosua dan bangsa Israel dipersiapkan
Yos 2:1-24Pengutusan mata-mata
Yos 3:1-17Menyeberangi s
[1] MEMASUKI TANAH PERJANJIAN Yos 1:1-5:12
Yos 1:1-18 | Yosua dan bangsa Israel dipersiapkan |
Yos 2:1-24 | Pengutusan mata-mata |
Yos 3:1-17 | Menyeberangi sungai Yordan |
Yos 4:1-24 | Mendirikan batu peringatan |
Yos 5:1-12 | Upacara-upacara yang menyusul kemudian |
[2] MEREBUT TANAH PERJANJIAN Yos 5:13-12:24
Yos 5:13-15 | Yosua bertemu dengan panglimanya |
Yos 6:1-27 | Jatuhnya Yerikho |
Yos 7:1-8:29 | Pertempuran di Ai |
Yos 8:30-35 | Upacara pengikatan |
Yos 9:1-10:43 | Pertempuran di pusat dan selatan |
Yos 11:1-15 | Pertempuran di utara |
Yos 11:16-12:24 | Ringkasan dari kemenangan-kemenangan orang Israel |
[3] PEMBAGIAN TANAH PERJANJIAN Yos 13:1-22:34
Yos 13:1-7 | Tugas yang belum selesai |
Yos 13:8-33 | Tanah untuk Ruben, Gad dan Manasye |
Yos 14:1-15 | Tanah untuk Kaleb |
Yos 15:1-63 | Tanah untuk Yehuda |
Yos 16:1-17:18 | Tanah untuk Manasye dan Efraim |
Yos 18:1-19:51 | Tanah untuk suku-suku yang lain |
Yos 20:1-9 | Kota-kota suaka |
Yos 21:1-45 | Kota-kota untuk orang Lewi |
Yos 22:1-34 | Suku-suku di seberang Timur Yordan pulang |
[4] MENINGGALKAN TANAH PERJANJIAN Yos 23:1-24:33
Yos 23:1-16 | Pidato perpisahan Yosua |
Yos 24:1-28 | Pidato perpisahan Yosua yang kedua |
Yos 24:29-33 | Yosua meninggal dunia |
Bank BCA Cabang Pasar Legi Solo - No. Rekening: 0790266579 - a.n. Yulia Oeniyati
Kontak | Partisipasi | Donasi